Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, MOSKWA – Rusia dan Arab Saudi mengajak semua anggota OPEC+ bergabung dalam perjanjian pengurangan produksi minyak demi memperbaiki kondisi perekonomian global.
Beberapa jam setelah Presiden Rusia Vladimir Putin mengunjungi Riyadh, ibukota Arab Saudi untuk bertemu Putra Mahkota Mohammed bin Salman, Kremlin merilis pernyataan bersama tentang kesimpulan diskusi mereka.
“Di bidang energi, kedua belah pihak memuji kerja sama yang erat di antara mereka dan keberhasilan upaya negara-negara OPEC+ dalam meningkatkan stabilitas pasar minyak global,” demikian pernyataan yang dikeluarkan Kremlin.
“Mereka menekankan pentingnya melanjutkan kerja sama ini, dan perlunya semua negara peserta untuk bergabung dalam perjanjian OPEC+, dengan cara yang melayani kepentingan produsen dan konsumen serta mendukung pertumbuhan ekonomi global,” tambah pernyataan itu.
Pekan lalu, OPEC beserta Rusia dan sekutu lainnya menyetujui pemotongan sukarela baru sekitar 2,2 juta barel per hari (bph), dipimpin oleh Arab Saudi dan Rusia yang melanjutkan pemotongan sukarela mereka sebesar 1,3 juta barel per hari.
Baca juga: Harga Minyak Mentah Naik Saat OPEC+ Berencana Kembali Memangkas Pasokan
Perselisihan OPEC+
Kelompok produsen OPEC+, yang anggotanya memproduksi lebih dari 40 persen minyak dunia, harus menunda pertemuannya karena perbedaan pendapat dengan produsen Afrika mengenai produksi, meskipun beberapa pedagang mengatakan mereka mencurigai adanya perpecahan yang lebih dalam di dalam kelompok tersebut.
Baca juga: Harga Minyak Mentah Naik Usai Arab Saudi dan Rusia Melanjutkan Pemangkasan Pasokan
Setelah negara produsen memutuskan mengurangi pasokan, harga minyak turun ke level terendah dalam lima bulan, sebuah tanda yang jelas bahwa pasar mengharapkan tindakan lebih tegas dari OPEC+.