Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, JERUSALEM – Sebuah penelitian yang baru-baru ini dilakukan oleh Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) mengungkapkan kerugian ekonomi akibat perang Israel-Hamas di Gaza terhadap Lebanon, Mesir, dan Yordania mencapai hingga 10 miliar dolar AS tahun ini.
Perang Hamas-Israel menurut UNDP juga menyebabkan lebih dari 230.000 orang jatuh miskin di tiga negara tersebut.
Perang menyebabkan negara-negara tersebut menghadapi tekanan fiskal, pertumbuhan ekonomi yang lambat dan tingginya angka pengangguran.
Hal ini diyakini menghambat investasi yang sangat dibutuhkan serta berdampak pada konsumsi dan perdagangan. Adapun Lebanon berada dalam krisis ekonomi yang parah.
UNDP juga memperingatkan bahwa kerugian dapat naik berlipat ganda jika konflik Israel-Hamas berlanjut hingga enam bulan ke depan.
“Ini adalah dampak yang sangat besar,” kata Abdallah Al Dardari, asisten sekretaris jenderal PBB dan Direktur Biro Regional untuk Negara-negara Arab (RBAS) UNDP yang memimpin penelitian tersebut.
"Krisis ini adalah sebuah bom dalam situasi regional yang sudah rapuh. Krisis ini memperburuk sentimen karena ketakutan akan apa yang bisa terjadi dan ke mana arah permasalahannya,” sambungnya.
Baca juga: Hamas Buka Opsi Damai dengan Israel, Ismail Haniyeh: Negara Palestina Harus Dibentuk
Dardari mengatakan pihaknya juga telah menjangkau dana pembangunan dan lembaga keuangan multilateral mengenai skenario rekonstruksi pasca perang di Gaza.
“Kami tidak menunggu sampai pertempuran berakhir, upaya ini telah dimulai,” ujarnya tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut.
Baca juga: Perlawanan Keras Militan Hamas, 9 Tentara Israel Tewas dalam Penyergapan di Kota Gaza
Israel telah melancarkan serangan untuk memusnahkan Hamas yang menguasai Gaza setelah para pejuang Hamas menyerbu melintasi perbatasan pada 7 Oktober 2023, menewaskan 1.200 warga Israel, sebagian besar warga sipil, dan menyandera 240 orang.
Sejak itu, pasukan Israel telah mengepung daerah kantong tersebut dan menghancurkan sebagian besar wilayah tersebut, dengan lebih dari 18.000 orang dipastikan tewas, menurut otoritas kesehatan Palestina, dan ribuan orang khawatir tersesat di reruntuhan atau di luar jangkauan ambulans.