Laporan Wartawan Tribunnews.com, Lita Febriani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Daya saing industri dalam negeri terus meningkat. Kali ini Indonesia berhasil mengekspor baja struktur ke Kanada, Senin (15/1/2024).
Perusahaan yang melakukan ekspor kali ini ialah PT Gunung Raja Paksi (GRP), dengan melepas ekspor baja struktur sebanyak 1.500 Metric Tons (MT) ke Kanada, dengan nilai sekitar 2 juta dolar AS.
Selama tahun 2023, GRP telah membukukan capaian ekspor sebesar 25 miliar dolar AS. Pada Maret 2022 lalu, GRP juga melakukan ekspor baja struktur sejumlah 700 MT atau senilai 1 juta dolar AS ke Arizona, Amerika Serikat.
Baca juga: Anak Usaha PT KTI Kelola Air Limbah dari Baja Melalui Proses Aerasi hingga Reverse Osmosis
"Sebelumnya pada September 2020, GRP juga melakukan ekspor perdana baja struktur ke Vancouver, Kanada sebanyak 4.600 ton atau senilai 4,7 juta dolar AS, padahal saat itu di tengah krisis dampak pandemi Covid-19," tutur Staf Ahli Bidang Iklim Usaha dan Investasi Kementerian Perindustrian Doddy Rahadi, Senin (15/1/2024).
Presiden Direktur GRP Fedaus, menyampaikan produk baja struktural yang diekspor GRP pada awal tahun ini untuk mendukung pembangunan proyek Yukon Bridge di Kanada.
Baca juga: Permintaan Tiang Baja untuk Jaringan Fiber Optik Meningkat Pesat
"Dengan Weather Resistance Grade, produk ini mengandung penambahan nikel untuk ketahanan korosi, menjadikannya pilihan ideal untuk konstruksi jembatan dalam cuaca ekstrem," terang Fedaus.
Melalui ekspor baja struktural ini, GRP berupaya untuk menciptakan prestasi baru dan memperkuat posisi Indonesia di panggung global.
"Komitmen kami tidak hanya pada peningkatan kualitas produk baja, tetapi juga pada peran kami dalam mendukung pembangunan infrastruktur di skala internasional," imbuhnya.
Baca juga: Dorong Daya Saing Industri Baja, PGN Suplai Gas ke PT Aneka Baja Perkasa Industri
Kemenperin mencatat, pada triwulan III tahun 2023, industri logam dasar tumbuh double digit sebesar 10,86 persen (y-on-y).
Capaian ini melampaui jauh dari pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 4,94 persen dan kinerja industri pengolahan nonmigas yang tumbuh berada di angka 5,02 persen.
“Pertumbuhan industri pengolahan nonmigas, khususnya sektor logam dasar ditopang oleh tingginya demand, di mana performa positif dari sektor industri logam dasar tersebut didukung oleh peningkatan permintaan pasar khususnya ekspor," ucap Doddy.