Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menilai sejumlah data yang keluar terkait dengan pertanian saat debat calon wakil presiden (cawapres) terakhir tidaklah tepat.
Amran pun menyayangkan hal tersebut dan merasa harus meluruskan sejumlah data yang ia sebut tidak tepat itu.
"Kami menyayangkan beberapa data tidak di-kroscek secara detail yang kami khawatirkan bisa menyebabkan disinformasi di masyarakat,” katanya dikutip dari keterangan tertulis, Selasa (23/1/2024).
Baca juga: Gibran Sebut Food Estate Adalah Program Jangka Panjang: Petani Pasti Paham
Satu di antara data yang menurut Amran tidak tepat adalah soal penurunan jumlah petani yang dilontarkan oleh cawapres nomor urut 3 Mahfud MD.
Mahfud saat itu mengatakan, petani makin sedikit, lahan makin sempit. Ia juga menyebut subsidi setiap tahun juga naik.
Amran mengungkap, berdasarkan data Sensus Pertanian 2023, dalam 10 tahun terakhir jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian (RTUP) telah meningkat 8,74 persen.
Meski demikian, kata Amran, ada kondisi jumlah Usaha Pertanian Perorangan (UTP) yang menurun sebesar 7,45 persen.
"Hal itu lebih dikarenakan usaha pertanian makin efisien karena meningkatnya penggunaan alat dan mesin pertanian yang menekan jumlah tenaga kerja," ujar Amran.
Menurut Amran, peningkatan penggunaan alat dan mesin pertanian menunjukkan keberhasilan transformasi pertanian tradisional menjadi pertanian modern.
Penggunaan mekanisasi disebut berhasil membuat efisiensi waktu pengolahan lahan hingga 97,4 persen.
“Sebagai contoh, dulu bertanam butuh 20 orang untuk 1 hektar, kini cukup satu orang selama 5 jam. Begitu pula panen dengan combine harvester cukup 2 orang per hektar selama 4 jam. Ini sangat efisien," kata Amran.
Baca juga: TKN Sebut Prabowo-Gibran Janjikan Program Putihkan Utang Petani dan Nelayan
Ia mengungkap, level mekanisasi pertanian Indonesia terus naik, di mana pada 2015 lalu angkanya 0,5 Horse Power (HP) per hektar. Kemudian pada 2018, level meningkat menjadi 1,68 HP per hektar.
Tiga tahun kemudian, pada 2021, angkanya mencapai 2,1 HP dan dipredisksi tahun ini menjadi sekitar 3,5 HP/ha.
"Pemerintah menargetkan level mekanisasi Indonesia mampu setara dengan Jepang, Taiwan, dan negara lainnya," ujar Amran.
Selain itu, Amran juga menyampaikan data Badan Pusat Statistik (BPS) dalam Sensus Pertanian 2023 bahwa jumlah Perusahaan Pertanian Berbadan Hukum (UPB) meningkat 35,54 persen.
Kemudian, jumlah petani milenial yang berumur 19–39 tahun meningkat menjadi 6,183,009 orang atau sekitar 21,93 persen dari total petani Indonesia.
“Petani milenial saat ini 16,78 juta orang menurut data BPS terkini dan terus akan bertambah," kata Amran.
"Pemerintah terus mendorong regenerasi petani dan terlihat berbagai program kita memberi dampak positif,” lanjutnya.