Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nitis Hawaroh
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan, inflasi RI pada Desember 2023 sebesar 2,61 persen atau terjaga dalam range sasaran target 3 +/- 1 persen.
Menurutnya, inflasi sebesar 2,61 persen itu jauh lebih rendah dibandingkan negara G20, Rusia bahkan Amerika Serikat. Sedangkan negara yang setara inflasinya dengan RI yaitu Saudi Arabia, Itali dan China.
Hal itu dia sampaikan usai menggelar High Level Meeting Tim Pengendali Inflasi Pusat (TPIP) di Kementerian Perekonomian, Jakarta Pusat, Senin (29/1/2024).
"Kita lihat dibandingkan negara lain, kita menjadi salah satu negara dengan inflasi rendah. Dibawah kita hanya Jepang. Yang angkanya mirip dengan kita, Saudi, Itali dan China. Dibanding negara G20 lain, kita lebih baik Argentina, Turki, Rusia, India bahkan Amerika Serikat (AS)," kata Airlangga.
Menurut Airlangga, capaian itu berdasarkan kerja sama antara pemerintah pusat baik dengan pemerintah daerah, Bank Indonesia dan stakeholder terkait.
Untuk itu, Airlangga menargetkan inflasi di tahun 2024 ini berada pada angka 2,5 +/- 1 persen.
"Tentu kerja sama baik antara pusat pemerintahan daerah, BI, menjadi contoh kerja sama yang solid dan tentunya High Level Meeting TPID menyepakati beberapa langkah strategis dan konsisten untuk menjaga inflasi untuk tahun 2024 ini ditarget angka 2,5 +-1 persen," ungkapnya.
Terkait strateginya, Airlangga bilang pemerintah menyiapkan kebijakan moneter dan fiskal untuk mendukung pengendalian inflasi serta mendorong pertumbuhan ekonomi.
Baca juga: Pemerintah Tebar Bantuan Pangan Beras dan Uang Rp 200 Ribu Per Bulan, Alasannya untuk Tekan Inflasi
Kemudian, pengendalian inflasi volatile food agar terkendali di bawah 5 persen. Serta, perkuatan ketahanan pangan dengan melanjutkan gerakan nasional bantuan pangan maupun bantuan langsung tunai.
"Kedepan tentu diharapkan target inflasi bisa dicapai sesuai sasaran di tahun 2024," ungkapnya.
Baca juga: Konflik Laut Merah Tak Kunjung Reda, Arus Kapal di Terusan Suez Anjlok 42 Persen, Bisa Picu Inflasi