Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) atau Bapanas, Arief Prasetyo Adi menyampaikan, pemerintah memastikan arus importasi kedelai dapat segera masuk agar kelangkaan di pasaran dapat diantisipasi.
"Keterlambatan kedatangan kedelai ini kan dipengaruhi oleh situasi geopolitik yang terjadi, sehingga mengganggu kelancaran logistik internasional.
Namun ini terus kita dorong untuk segera masuk sehingga ketersediaannya stabil," ujar Arief dalam keterangannya, Selasa (30/1/2024).
Baca juga: Cabai Keriting Anjlok Jadi Rp52.700, Bawang Putih Rp41.050, Simak Harga Pangan 29 Januari 2024
Berdasarkan neraca pangan nasional, total produksi kedelai dalam negeri tahun 2022 mencapai 301 ribu ton, sedangkan total kebutuhan nasional mencapai 2,8 juta ton.
Artinya kebutuhan kedelai masih defisit sekitar 2,5 juta ton. Kebutuhan tersebut masih harus dipenuhi dari importasi.
Sementara itu untuk menjaga ketersediaan dan stok kedelai nasional, Badan Pangan Nasional telah menetapkan target jumlah Cadangan Pangan Pemerintah (CPP) untuk kedelai pada tahun 2024 sebesar minimal 100 ribu ton, dengan jumlah minimal stok akhir tahun 2024 sebesar 20 ribu ton.
Arief mengatakan, pemenuhan kedelai nasional yang sebagian besar masih dipenuhi dari luar (impor) menjadi perhatian agar stok dan permintaan kedelai di pasaran tetap terpenuhi,
"Karena ini terkait ketersediaan pangan, maka concern utama kita adalah pasokan kedelai terpenuhi sehingga stabilitas pasokan dan harganya terjaga.
Ini yang kita upayakan sesuai arahan Bapak Presiden Joko Widodo, dan tentunya butuh sinergitas kita semua untuk mewujudkan hal tersebut," ujar Arief.
Menurt Arief, yang terpenting adalah mengetahui secara rinci berapa kuantitas kebutuhan kedelai untuk para pengrajin tahu dan tempe per daerah.
"Sehingga kita bisa ketahui secara nasional berapa per bulan kebutuhannya. Jadi harus didetailkan dengan begitu kita minta Bulog untuk memastikan pengadaannya terpenuhi," kata Arief.