Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Produksi beras dan jagung diperkirakan akan mulai terjadi pada bulan Maret 2024 seiring dengan tibanya panen raya.
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengatakan, seluruh stakeholder harus bersiap untuk mengoptimalkan penyerapan hasil panen di masa panen raya.
Saat ini, Bapanas dan Kementerian Pertanian sedang mempersiapkan penyerapan hasil panen yang mulai tinggi pada Maret 2024.
"Untuk itu, kita harus lakukan koordinasi bersama BUMN di bidang pangan, Bulog, private sector, penggiling padi, pengusaha jagung, perusahaan pakan ternak, seluruh kementerian dan lembaga terkait," kata Arief dikutip dari keterangan tertulis, Senin (5/2/2024).
Menurut Arief, antisipasi panen yang mulai terjadi pada Maret mendatang menjadi krusial untuk menjaga harga di tingkat petani tidak jatuh.
Dia bilang, pemerintah berperan menjaga hasil panenan petani yang berlimpah agar harganya tidak jatuh.
Pemerintah akan berupaya menyerap hasil panen padi dan jagung sesuai harga acuan pembelian yang ditetapkan.
"Ini yang juga menjadi concern Bapak Presiden Joko Widodo agar keseimbangan harga baik di tingkat produsen, pedagang, dan konsumen terjaga," tutur Arief.
Baca juga: Bos Bapanas Janji Hentikan Impor Beras Saat Masuki Masa Panen Padi
Penyerapan hasil panen petani mengacu pada Peraturan Badan Pangan Nasional (Perbadan) Nomor 5 tahun 2022 tentang Harga Acuan Pembelian di Tingkat Produsen dan Harga Acuan Penjualan di tingkat Konsumen untuk Komoditas Jagung, Telur Ayam Ras, dan Daging Ayam Ras.
Selain itu juga merujuk pada Perbadan Nomor 6 tahun 2023 tentang Harga Pembelian Pemerintah dan Rafaksi Harga Gabah dan Beras.
Arief mengatakan, harga tersebut adalah harga minimal yang diterima petani sehingga para petani Indonesia terjaga dari kerugian. "Ini menjadi prioritas kami terutama bersama Menteri Pertanian Pak Amran Sulaiman," ujarnya.
Baca juga: Hadiri Panen Raya di Madiun, Cak Imin Soroti Persoalan Petani: Puluhan Tahun Dibiarkan Pemerintah
Arief juga mengatakan bahwa kualitas hasil panen sangat penting sebagai tolok ukur penerimaan produk yang baik di pasaran.
Dia mengingatkan para penggiling padi, perusahaan jagung, dan pakan ternak agar mempersiapkan dryer atau pengering untuk dapat mengurangi kadar air padi dan jagung sampai sekitar 14 persen.
Pengaturan persentase maksimum kadar air diatur dalam Perbadan Nomor 6 Tahun 2023.
Untuk Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani dan di penggilingan maksimum 25 persen, Gabah Kering Giling (GKG) di penggilingan dan di gudang Perum Bulog maksimum 14 persen.
Sementara itu, beras di gudang Bulog kadar air maksimum 14 persen. Lalu untuk komoditas jagung, kualitas kadar air diatur dalam Perbadan 5 tahun 2022.
Baca juga: Pemerintah Akan Impor Beras Lagi Tahun Depan, Pengamat: Datangnya Jangan Pas Panen Raya
Dalam Perbadan tesebut, harga acuan Pembelian Jagung Pipilan kering untuk kadar air 15 persen sebesar Rp 4.200 per kilogram (kg), kadar air 20 persen Rp 3.970 per kg, kadar air 25 persen Rp 3.750 per kg, dan kadar air 30 persen Rp 3.540 per kg.
Arief mengungkapkan dalam waktu dekat pihaknya bersama Amran akan mengundang para stakeholder pangan untuk mempersiapkan penyerapan hasil produksi petani yang diperkirakan akan mengalami surplus di saat panen raya pada Maret 2024.