News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kinerja Industri Manufaktur Indonesia Menguat di Februari 2024

Penulis: Lita Febriani
Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Juru Bicara Kementerian Perindustrian Febri Hendri Antoni Arif

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Lita Febriani

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kinerja industri manufaktur dalam negeri terus menguat di tengah kondisi ekonomi beberapa negara yang mengalami resesi.

Hal ini terlihat dari Indeks Kepercayaan Industri (IKI) Februari 2024 mencapai 52,56, meningkat 0,21 poin dibandingkan Januari 2024.

Kenaikan IKI pada Februari ini dipengaruhi oleh peningkatan nilai IKI pada 17 subsektor. Selain itu, Pemilu 2024 yang telah berlangsung juga merupakan faktor yang membuat ekspektasi pelaku usaha terhadap perekonomian domestik menjadi lebih optimis.

Baca juga: Pimpin Sidang Paripurna Kabinet, Jokowi Singgung Sejumlah Negara yang Terkena Resesi

Faktor musiman bulan Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri mendatang juga mendukung naiknya optimisme para pelaku industri, terutama di subsektor industri makanan dan minuman, pakaian jadi, serta kendaraan bermotor.

Juru Bicara Kementerian Perindustrian Febri Hendri Antoni Arif, mengatakan kondisi umum kegiatan usaha di bulan Februari 2024 lebih baik dibanding bulan Januari 2024.

"Hal ini dilihat dari persentase responden yang menjawab kondisi usahanya meningkat naik dari 30,1 persen menjadi 31,7 persen atau responden yang menjawab meningkat dan stabil naik dari 76,4 persen menjadi 76,8 persen," tutur Febri dalam rilis IKI 2024 di Kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta, Kamis (29/2/2024).

Optimisme pelaku usaha enam bulan ke depan juga sangat baik, naik lagi dari 67,6 persen pada Januari 2024 menjadi 71,0 persen di Februari.

Level pesimisme juga turun, dari 10,6 persen di bulan sebelumnya menjadi hanya 7,9 persen. Nilai ini menunjukan persepsi terbaik sejak IKI dirilis.

"Kami memprediksi IKI pada Maret 2024 akan meningkat dibandingkan Februari 2024," ungkap Febri.

Jumlah subsektor industri yang mengalami ekspansi menjadi 17 subsektor dengan kontribusi terhadap PDB triwulan IV - 2023 sebesar 87,91 persen.

Baca juga: Bos OJK Klaim Ekonomi Global Diprediksi Akan Terhindar dari Resesi

Nilai IKI terbesar atau ekspansi terbesar masih dialami oleh industri minuman, disusul oleh subsektor industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki, industri makanan, industri barang galian bukan logam dan industri farmasi, obat kimia dan tradisional.

Apabila dilihat dari variabel pembentuk IKI, peningkatan nilai IKI berasal dari peningkatan variabel persediaan produk (3,48 poin) dan pesanan baru (0,97 poin).

Adapun variabel produksi mengalami penurunan hingga pada 50,45 (turun 3,23 poin), meskipun masih pada level ekspansi.

Kondisi ini menggambarkan bahwa industri pengolahan nonmigas pada bulan Februari masih menghabiskan hasil produksi periode sebelumnya.

Febri menjelaskan beberapa subsektor yang mengalami penurunan produksi yang signifikan yaitu subsektor industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki; industri minuman; industri pengolahan tembakau; industri karet, barang karet dan plastik; industri makanan; industri barang logam bukan mesin; industri pakaian jadi; industri kendaraan bermotor, trailer; industri farmasi, obat kimia dan tradisional dan seterusnya.

"Penurunan aktivitas produksi ini mengakibatkan penurunan jumlah tenaga kerja industri," ucap Febri.

Enam subsektor mengalami nilai IKI kontraksi secara berurutan dari yang terendah, yaitu industri komputer, barang elektronik dan optik, industri peralatan listrik, industri tekstil, industri pengolahan lainnya, industri kayu, barang kayu dan gabus dan industri alat angkutan lainnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini