Laporan Wartawan Tribunnews.com, Danang Triatmojo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Industri Sigaret Kretek Tangan (SKT) berangsur pulih setelah lebih dari satu dekade mengalami penurunan. Hal ini ditandai dengan pembukaan pabrik-pabrik SKT baru, utamanya di Pulau Jawa.
Melalui penambahan pabrik SKT baru tersebut, sektor padat karya ini diharapkan turut memutar roda perekonomian daerah. Pertumbuhan sektor ini juga diharapkan mendapatkan dukungan sepenuhnya dari pemerintahan baru dalam sisi penciptaan lapangan kerja dan peningkatan kesejahteraan di tingkat daerah.
Ketua Aliansi Masyarakat Tembakau Indonesia (AMTI), I Ketut Budhyman, mengatakan ekosistem pertembakauan harus dijaga atau penting mendapat perhatian perihal penyediaan lapangan kerja dan serapan tenaga kerja lokal.
"Paslon manapun yang nantinya memimpin negeri ini, harapan kami untuk ekosistem pertembakauan, (khususnya) SKT, yang menjadi bagian tak terpisahkan dalam sejarah Indonesia, tetap harus dilestarikan dan dipastikan keberlangsungan masa depannya,” kata Budhyman kepada wartawan, Jumat (1/3/2024).
Sebab, rantai pasok industri rokok baik SKT maupun rokok mesin berperan besar bagi perekonomian dalam negeri, mulai dari kontribusi pada penerimaan cukai hingga penyerapan jutaan tenaga kerja.
Budhyman menyampaikan, industri hasil tembakau merupakan kontributor penting dalam penerimaan cukai setiap tahunnya, di mana kontribusi dari cukai rokok mencapai Rp213,48 triliun pada tahun 2023 atau sekitar 10 persen dari total penerimaan pajak.
Belum lagi jika ditambah dari kontribusi jenis pajak lainnya, seperti pajak rokok dan PPN.
Baca juga: Pengguna Rokok Elektrik Meningkatkan 10 Kali Lipat, Ketahui Tiga Kandungan Bahaya di Dalamnya
Menurutnya, keseluruhan ekosistem pertembakauan jadi penghidupan bagi sekitar 6 juta tenaga kerja dari hulu ke hilir. Khususnya untuk segmen SKT, yang merupakan sektor padat karya menyerap banyak tenaga kerja lokal di sentra-sentra produksi, sehingga perlu diberikan perlindungan oleh pemerintah.
“Bagi kami, di hulu hingga hilir dari ekosistem pertembakauan dibutuhkan perlindungan dan pemberdayaan melalui regulasi yang adil, berimbang, dan transparan agar segmen atau sektor industri ini dapat bertumbuh dan berdaya saing,” pungkas dia.
Baca juga: Tekan Prevalensi Merokok, Asosiasi Pelaku Usaha Dorong Pemanfaatan Tembakau Alternatif
Terpisah, Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Paulus Totok Lusida menyatakan komitmennya dalam mendukung sektor padat karya, termasuk industri SKT.
Ia menyebut, keberpihakannya terhadap sektor ini akan diimplementasikan pada pengenaan cukai yang lebih rendah. Menurut dia, sektor padat karya harus diutamakan di Indonesia, terutama untuk mengatasi resesi serta kondisi perekonomian global yang tidak stabil.
Sektor padat karya yang solid dipandang akan meningkatkan resiliensi negara dalam menghadapi kondisi tersebut, sehingga mampu menghadapi berbagai tantangan global. Ke depannya, Paulus akan mendorong pemerintahan baru agar senantiasa menciptakan lini usaha yang berorientasi pada padat karya.
“Memang ini lah perlunya peranan dan ketegasan bahwa di dalam pemerintahan yang baru nanti, program untuk padat karya ini harus top down, clear, and clean. Harus dan wajib dilaksanakan,” pungkas Paulus.