Laporan Wartawan Tribunnews, Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COm, JAKARTA - Bisnis usaha mikro kecil dan menegah (UMKM) saat ini memberi kontribusi paling besar terhadap serapan tenaga kerja nasional, selain dikenal pula tangguh menghadapi berbagai guncangan ekonomi.
Data Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, pada 2023 UMKMberkontribusi terhadap PDB sebesar 61 persen, atau senilai dengan Rp9.580 triliun.
Kontribusi UMKM terhadap penyerapan tenaga kerja mencapai sebesar 97 persen dari total tenaga kerja. Target 2024, pemerintah ingin ada 4 juta lebih lapangan kerja baru yang dihadirkan UMKM.
Baca juga: Hadir di BRI Microfinance Outlook 2024, Menkop UKM Puji Inovasi Pembiayaan UMKM yang Dilakukan BRI
Namun, bagi mereka yang ingin terjun di bisnis UMKM, prosesnya memulai dari bawah tak selalu membuahkan hasil.
Karena itu, calon wirausahawan baru terutama anak muda perlu memahami kiat-kita memulai bisnis UMKM dengan serius demi mencegah risiko gagal di tengah jalan.
Dua praktisi bisnis kerakyatan, Wirson Selo dan Amelia Edmil membagikan resep merintis bisnis UMKM agar berhasil.
Resep ini mereka tuangkan dalam sebuah buku berjudul "Titik Kritis Bisnis dan Solusinya" yang berlangsung di Senayan Park, Jakarta, Jumat, 8 Maret 2024.
Resep pertama:
"Saat akan merintis bisnis skala kecil yang perlu dilakukan dari awal adalah siapkan tim inti, orangnya tidak perlu banyak," ujarnya.
Resep kedua:
Tentukan fokus usaha yang akan digeluti. Menurutnya ini penting, "karena akses pasar terbatas, modal terbatas, bisnis yang dimulai dari awal harus fokus," kata Wirson.
"Abaikan kegiatan-kegiatan pribadi yang tidak berkaitan dengan bisnis yang dirintis. Dengan fokus, bisa memperpendek gap atau kelemahan-kelemahan tadi," ungkapnya.
Baca juga: UMKM Wajib Simak! Ini Manfaat Di Balik Program Garansi Tepat Waktu Shopee!
Resep ketiga:
Jangan memulai dengan terburu-buru. "Dengan modal yang terbatas, dan keuntungan yang juga masih terbatas adalah bagaimana mengelola perputaran modal yang ada," kata dia.
Wirson Selo mengingatkan, pesatnya digitalisasi dan kehadiran platforme- commerce atau online marketplace membuat rantai distribusi barang berubah menjadi lebih pendek. Pola belanja konsumen pun tidak lagi sama.
“Pesatnya digitalisasi dan juga hampir semua orang memiliki ponsel pintar, pola konsumsi masyarakat berubah drastis. Ibaratnya, belanja apa saja hanya tinggal pencet dan semua barangkebutuhan yang kita perlukan ada di tangan. Tinggal scroll, pilih-pilih dan bayar. Semudah itu,” kata Wirson.