TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PLN Indonesia Power (PLN IP) kembali mengembangkan energi baru terbarukan dengan penambahan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) di Nusa Penida.
Saat ini di Pulau Nusa Penida Bali telah terdapat PLTS Hybrid Nusa Penida berkapasitas 3,5 MWac.
Namun dalam rencana jangka menengah sistem kelistrikan Nusa Penida akan ditambah kembali dengan pembangkit hijau sebesar 14,5 MW yang berkomponen PLTS dan PLTB yang dipadukan dengan teknologi Battery Energy Storage System (BESS).
Baca juga: Pengamat Energi: Revisi Permen ESDM tentang PLTS Atap Mampu Kurangi Beban Fiskal Negara
Direncanakan pada tahun 2025 PLTS sudah mulai beroperasi, disusul dengan PLTB pada tahun 2026
Rencana pengembangan sistem Nusa Penida ini mendapat dukungan langsung dari Komisi VII DPR RI dalam kegiatan Kunjungan Kerja Spesifik di Provinsi Bali.
Ketua tim Kunjungan Kerja Spesifik Sugeng Suparwanto menyampaikan, PLTS Hybrid Nusa Penida yang saat ini sudah ada tidak hanya telah sukses menjadi icon atau showcase dari gelaran KTT G20 pada bulan November Tahun 2022 yang lalu, namun sekaligus menandai komitmen bersama pada transisi energi.
“Pembangunan PLTS tentunya tidak hanya sekedar simbolik, namun secara terus menerus. Kita akan
menuju Net Zero Emission (NZE). Karena kita sebagai bangsa besar, kita berkomitmen untuk melestarikan bumi dari pemanasan global yang semakin hari semakin kita rasakan akibatnya,” ujar Sugeng ditulis Senin (11/3/2024).
Menurutnya, dukungan Komisi VII DPR terkait pengembangan energi bersih di Indonesia adalah dengan membuat regulasi terkait EBT untuk mendukung inisiatif transisi energi yang sedang dilaksanakan.
“Segera akan kami selesaikan Undang-Undang terkait EBT sebagai kepastian hukum EBT di Indonesia,” pungkas Sugeng.
Disamping itu, Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Jisman P. Hutajulu juga memberikan dukungan terkait penyusunan regulasi ketenagalistrikan melalui Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN).
RUKN disusun sesuai arah pengembangan penyediaan tenaga listrik untuk mendukung target NZE, dengan masa berlaku sampai dengan tahun 2060.
Baca juga: Pertamina Operasikan PLTS Kilang Balongan Berkapasitas 1,51 MegawattPeak
“Saat ini RUKN sedang disusun, didalamnya akan membahas juga bagaimana mencapai net zero emission 2060 untuk pembangkit fosil yang saat ini energinya sudah mencapai 63 persen, dan nantinya akan dikonversi menjadi bahan bakar yang bersumber dari EBT,” ucap Jisman.
Direktur Manajemen Proyek dan Energi Baru Terbarukan PT PLN Wiluyo Kusdwiharto menyampaikan, dalam RUPTL Paling Hijau jumlah porsi pembangunan pembangkit EBT sebesar 20,9 GW dan dari porsi tersebut 5,2 GW merupakan pembangkit listrik tenaga surya dan bayu.
“Di tahun 2023, PLN telah berhasil mengurangi Emisi CO2 sebesar 52,3 Juta Ton C02 dari proses bisnis, dari 335 Juta Ton CO2 turun menjadi 283 Juta Ton C02 dengan berbagai extraordinary effort. Capaian ini menjadi fondasi kuat menuju target Net Zero Emmission 2060,” ungkap Wiluyo.
Direktur Operasi Pembangkit Gas PT PLN Indonesia Power Djoko Mulyono menyampaikan bahwa PLN Indonesia Power akan terus mengejar target bauran EBT salah satunya melalui pengembangan pembangkit hijau di Nusa Penida.
“PLN Indonesia Power bersama dengan PT PLN (Persero) telah menyusun roadmap pengembangan PLTS di Nusa Penida sampai dengan tahun 2029 melalui penambahan kapasitas serta pembaharuan teknologi. Dalam project ini tentunya kami akan terus mengawal sampai akhir,” ucap Djoko.