Evita menambahkan sebaiknya pemerintah tidak seperti pemadam kebakaran menangani polemik beras.
“Kita hanya berupaya memadamkan api lewat Pasar Murah tetapi tidak memadamkan sumber apinya. Apakah ini salah petani, pedagang, pemerintah atau siapa?” paparnya.
Anggota Komisi VI DPR RI I Nyoman Parta juga mengkritik Mendag Zulkifli Hasan yang kerap menyebut alam sebagai biang kerok kenaikan harga beras di Indonesia.
Menurut Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) itu, para pejabat negara, terutama Mendag, tidak bisa terus-menerus menjadikan alam sebagai penyebab dari kenaikan harga beras.
Musababnya, ia memandang seharusnya permasalahan iklim ini sudah bisa diprediksi oleh pemerintah.
“Sesungguhnya kondisi itu sudah bisa diprediksi karena Indonesia ada di belahan tropis, memiliki iklim tropis. Hujan cukup, sinar matahari cukup. Sehingga, tidak bisa setiap ada kondisi seperti ini, seluruh pejabat terutama pak menteri, alasannya el nino. Itu berulang-ulang,” kata Parta.
Ia mengatakan, menyalahkan alam adalah perbuatan yang paling mudah. Bahkan, ia menyebut orang yang tidak tamat SD sekalipun bisa beralasan seperti itu.
“Menyalahkan alam adalah perbuatan dan sikap yang paling mudah. Paling mudah banget. Orang tidak tamat SD pun bisa itu,” ujar Parta.
“Kalau sudah rusak, salahkan alam. Kalau sudah tidak panen, salahkan banjir. Gampang banget. Lebih lanjut lagi salahkan takdir. Jadi, enggak ada gunanya kita ini gagah-gagahan,” sambungnya. (Tribun Network/Reynas Abdila)