News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Harga Beras Melonjak

Harga Beras yang Mahal Diprediksi Kembali Normal di Akhir Maret, Mendag Gembira Sudah Turun Rp1.000

Editor: Seno Tri Sulistiyono
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pedagang beras eceran di Pasar Kramatjati, Jakarta Timur, Minggu (11/2/2024).

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mahalnya harga beras di berbagai daerah diprediksi akan berakhir pada penghunjung Maret 2024.

Mengutip data panel harga Badan Pangan Nasional pada Senin (18/3/2024), harga rata-rata nasional beras mulai mengalami penurunan, sedangkan aneka bawang kompak mengalami kenaikan.

Harga beras premium turun 0,37 persen atau sebesar Rp 60, menjadi Rp 16.350 per kilogram (kg).

Harga beras medium turun 0,63 persen Rp 90, menjadi Rp 14.200 per kg.

Baca juga: Harga Beras Premium Naik Pasca Relaksasi HET, Begini Penjelasan Bapanas

"Beras sudah mulai turun. Saya gembira, beras turunnya sudah banyak. Hampir Rp 1.000 per kilogram. Jadi Rp 17 ribu, Rp 15.000. Ada yang [turun] Rp 2 ribu per kilogram. Alhamdulillah," kata Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan usai meninjau harga dan stok bahan pokok di Pasar Anyar, Bogor, Senin (18/3/2024).

Ia berharap maksimal bulan depan, harga beras lokal sudah bisa normal kembali. Ini seiringan dengan Indonesia yang akan segera memasuki masa panen raya.

"Mudah-mudahan akhir bulan sampai bulan depan masuk panen raya, sehingga akan kembali normal harga beras lokal," ujarnya.

Sementara itu, untuk beras milik Perum Bulog, Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) tersebut mengatakan bahwa harganya tetap stabil, baik beras SPHP maupun beras premium.

"Kalau berasnya Bulog memang stabil. Di-drop terus, diguyur terus dari pemerintah, SPHP maupun yang premium," ujar Zulhas.

Ditemui di lokasi terpisah, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Isy Karim menyampaikan hal serupa, yakni harga beras lokal sudah mulai turun.

"Panen ini kan di awal Maret sudah mulai panen. Nah, padi panen jadi berasnya itu kan mulai minggu ketiga. Masuk panen ini kan beras lokal sudah mulai turun. Kalau kemarin Demak enggak banjir, akan lebih cepat lagi. Banjir kan kemarin banyak terendam," ujarnya.

Isy kemudian juga menyinggung bagaimana kebijakan relaksasi Harga Eceran Tertinggi (HET) beras premium yang diberlakukan Badan Pangan Nasional (Bapanas) mampu membuat stok beras di ritel modern tersedia banyak.

"Kan dengan Bapanas memberikan relaksasi HET, di ritel modern pun beras mulai tersedia banyak. Tapi kan relaksasi hanya dua minggu kan sambil menunggu panen raya. Relaksasi dengan batas waktu," katanya.

DPR Disebut Keliru

Zulkifli Hasan membantah perkataan Anggota Komisi VI DPR RI, Mufti Anam, soal gabah yang saat ini dibanderol dengan harga rendah.

Menurut Zulhas, sapaan akrabnya, harga gabah sekarang mahal dan diperebutkan. Ia mengatakan, harga gabah saat ini dibanderol di antara Rp 7 ribu hingga Rp 8 ribu.

Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) itu pun menyebut anggota DPR yang mengatakan gabah dibanderol dengan harga rendah itu keliru.

"Alhamdulillah tadi kita lihat [harga] beras sudah mulai turun, sesuai dengan apa yang saya sampaikan beberapa waktu lalu, termasuk rapat dengan DPR," katanya.

"Kalau DPR mengatakan gabah itu murah, DPR-nya keliru. Karena gabah sekarang jadi rebutan dan mahal. Ada yang Rp 7 ribu, Rp 8 ribu," lanjutnya.

Jadi, Zulhas menyimpulkan bahwa saat ini tidak ada petani yang mengeluh karena harga gabah murah.

Adapun soal harga gabah murah ini Mufti lontarkan pada saat rapat kerja Komisi VI DPR RI bersama Menteri Perdagangan, Direktur Utama Perum Bulog, Direktur Utama ID Food, dan Direktur Utama PTPN III beberapa waktu lalu.

Kepada Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi, politikus PDIP itu menuding Bayu telah berbohong karena menyebut harga gabah saat Rp 7 ribu.

"Kemudian yang kedua untuk Bulog. Bapak menyampaikan bahwa gabah di petani Rp 7 ribu. Bapak bohong. Bapak tau yang viral di media sosial? Bapak punya TikTok tidak? Punya Facebook tidak? Rakyat kita menjerit, Pak. Mereka bilang bahwa, 'Harga beras mahal di toko-toko, di pasar-pasar, tapi gabah kami dibeli Rp 5 ribu'. Apa gunanya Bulog? Malu kami di DPR ini, Pak. Tidak ada yang bisa kami lakukan untuk rakyat," ujar Mufti.

Jokowi Dilema

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan pemerintah terus berupaya menjaga keseimbangan harga beras.

Pasalnya kata Presiden pemerintah menghadapi dilema dalam menjaga keseimbangan harga beras, di mana petani menginginkan harga tinggi untuk keuntungan lebih, sementara konsumen, membutuhkan harga yang murah atau terjangkau.

Hal itu disampaikan Presiden saat menyerahkan bantuan pangan cadangan beras pemerintah kepada keluarga penerima manfaat (KPM) di Kompleks Pergudangan Bulog Bakaran Batu, Labuhanbatu, Sumatra Utara, pada Jumat, (15/3/2024).

“Kita ini sulit, kalau harga beras turun, saya dimarahi petani, tapi kalau beras naik, saya dimarahi ibu-ibu,” ujar Presiden.

Presiden Jokowi juga menegaskan bahwa urusan pemerintah dalam mengelola pangan untuk masyarakat Indonesia yang mencapai 270 juta orang bukanlah hal yang mudah. Ia menyebut adanya tantangan produksi beras untuk memenuhi kebutuhan tahunan sebanyak 31 juta ton, antara lain kondisi iklim.

"Tapi kalau produksi petani dari petani banyak ya kita tenang. Tapi begitu kayak kemarin, musim keringnya panjang, ini nanti pasti nanamnya mundur atau basahnya terlalu, hujannya terlalu lebat, ada yang kena banjir," ungkap Presiden.

Selain itu, Presiden Jokowi juga menyebut keragaman geografis Indonesia yang tersebar di 17 ribu pulau, sehingga menimbulkan kompleksitas dalam distribusi dan penanganan pangan di seluruh Tanah Air.

"Inilah negara Indonesia yang sangat besar, sangat besar. Kalau negara lain penduduknya 10 juta, 20 juta lebih mudah, kita 270 juta tersebar di 17 ribu pulau dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote. Inilah Indonesia," ucap Presiden.

Presiden turut mengatakan bahwa bantuan beras telah diberikan sejak bulan Januari tersebut akan terus berlanjut hingga bulan Juni mendatang. Namun, keberlanjutan bantuan tersebut akan bergantung pada ketersediaan anggaran negara.

"Nanti kalau APBN-nya memungkinkan setelah Juni akan dilanjutkan tapi saya nggak janji, janjinya hanya sampai yang Juni. Nanti saya lihat lagi APBN kira-kira cukup, diteruskan," tutur Presiden.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini