Laporan Wartawan TribunSolo.com, Imam Saputro
TRIBUNNEWS.COM, KARANGANYAR - Sekitar tahun 2017 hingga 2018 menjadi masa-masa yang kurang mengenakkan bagi sebagian warga di kawasan Nglurah, Tawangmangu, Karanganyar.
Puluhan warga terjerat pijaman dari rentenir atau yang lebih dikenal dengan bank titil.
Saban hari para penagih utang akan menyambangi warga yang meminjam uang dengan bunga yang cukup memberatkan.
“Karena nagihnya ada yang harian, kadang ya ada warga pas ditagih belum ada uang trus agak ribut, kadang ada yang mingguan juga, potensi “rame” itu sering,” ungkap Wahyono, warga Nglurah ketika bercerita dengan Tribunnews.com, Minggu, 3 Maret 2024.
Jumlah warga yang terjerat rentenir mencapai puluhan orang dengan nilai yang bervariasi.
“Biasanya untuk kebutuhan sehari-hari saja, sebenarnya pokok pinjaman kan kecil, tapi bunga dan dendanya yang memberatkan, trus makin lama makin besar utangnya,” ujarnya.
Wahyono yang ketika itu tengah dalam pengembangan usaha Anggrek Bulan dengan BRI merasa prihatin dan mencoba mencari solusi.
Ia berkomunikasi dengan Mantri BRI tempat ia meminjam Kredit Usaha Rakyat (KUR) ketika mengembangkan usaha kebun Anggrek miliknya.
“Solusinya kami itu pijem dulu ke BRI buat nutup yang ke rentenir itu, satu masalah selesai,” kata dia.
Pinjaman terbesar yang Wahyono ingat adalah 20 juta rupiah untuk menutup utang salah satu warga.
“Pakai KUR BRI waktu itu, warga kan sebagian besar petani sayur dan bunga, jadi waktu itu bisa untuk pinjam di BRI,” terangnya.
Kemudian ia dan warga membentuk kelompok tani dengan tujuan lebih terarah dalam upaya memberdayakan masyarakat.
Hingga pada pertengahan 2018 Wahyono dan warga membentuk Kelompok Tani Cempaka Arum.