“Di kelompok tani itu kami fokus ke tanaman hias, yang tren waktu itu salah satunya Bunga Krisan, Aglonema, lalu sekarang ke Anggrek juga,” kata dia.
Dengan adanya kelompok tani ini, petani tanaman hias bisa lebih berdaya dan perlahan membaik di sisi keuangannya.
“Kalau berkelompok kan harga bisa tanda kutip diatur, sehingga petani tidak rugi, Alhamdulillah bisa jalan, yang mbayar utang bisa lancar, sekarang semuanya ke BRI, nggak ke bank titil (rentenir),” kata Wahyono yang merupakan Wakil Ketua Kelompok Tani Cempaka Arum.
Pada tahun 2019 Cempaka Arum juga berkesempatan mengikuti BRIncubator.
“ Bantuan dari BRI yang pertama pinjaman modal, untuk melunasi ke rentenir, lalu ikut BRIncubator ada pengembangan usaha dan pelatihan untuk manjemen produk,” jelas Wahyono.
BRIncubator, kata Wahyono, yang bermanfaat hingga sekarang adalah pelatihan memasarkan produk di internet.
“Jangkauannya bisa luas kalau jualan di Facebook atau sekarang yang rame TikTok,” kata dia.
Kelompok Tani Cempaka Arum kini sudah mulai bisa berdaya dengan bunga, utamanya dengan penjualan bunga mulai bibit hingga tanaman jadi.
“Cempaka Arum sekarang sudah bisa beli lahan sendiri, untuk pengembangan usaha tanaman hias,” ujar Wahyono bangga.
Cempaka Arum juga dipercaya untuk “menghiasi” kantor-kantor BRI di wilayah Karanganyar dengan tanaman terbaiknya.
“Kerja sama dengan Anggrek Zilquin, di kantor cabang itu Anggrek, yang di kantor lebih kecil tanaman hias, biasanya yang daunnya gede-gede itu, tiap minggu kami rotasi,” terang Wahyono.
Ia mengatakan Anggrek dan tanaman hias biasanya ditempatkan di area depan bank dimana banyak nasabah bisa melihatnya.
“Kami menganggapnya sekalian promosi oleh BRI, jadi ya makin dikenal,” kata dia.
BRI perangi rentenir