Laporan Wartawan TribunSolo.com, Imam Saputro
TRIBUNNEWS.COM, KARANGANYAR - Pandangan Masyaril Dwi Saputra menyapu ratusan warna-warni Bunga Anggrek Bulan yang tengah mekar di Galeri Anggrek Zilquin di Nglurah, Tawangmangu, Karanganyar, Minggu, 3 Maret 2024.
Di deretan bunga yang berwarna ungu dia berhenti dan melihat lebih seksama.
“Kang ini kalau saya bawa naik kereta sampai besok pagi aman nggak?” tanya pria asal Bandung ini ke Wahyono, pemilik Anggrek Zilquin.
“Aman mas, nanti di-packing kardus atas bawah, jadi aman selama tidak ketumpuk barang berat,” jelas Wahyono.
Masyaril kemudian memilih Anggrek Bulan atau Puspa Pesona Indonesia ini dengan berbagai warna bunga yang menurutnya menarik untuk dibawa pulang.
Namun sebelum ia membayar, pria yang akrab disapa Aril ini terlebih dahulu bertanya kepada Wahyono apakah bisa membayar secara non tunai.
“Bisa via QRIS, transfer atau pakai debit, kredit kami juga bisa,” jelas Wahyono ramah.
“Oke kang, tolong ditotal, saya bayarnya QRIS saja,” jawab Aril.
Ditemui Tribunnews.com, Aril mengatakan ia tak sengaja mampir di Galeri Anggrek Zilquin dalam perjalananya dari Tawangmangu menuju Solo.
“Tadi kebetulan lewat mau ke Stasiun Balapan untuk balik Bandung, ada kebun anggrek ini jadi mampir,” jelas dia.
Pria yang menyukai berbagai jenis tanaman hias ini kemudian membeli empat jenis anggrek dengan bermacam warna bunga.
“Kalau soal bayar tadi, karena saya ini sedang liburan, pilih yang cashless sih, jadi semua pengeluaran sewaktu liburan ini bisa tercatat,” kata dia.
Aril juga mengaku tak membawa banyak uang ketika berlibur dengan alasan keamanan.
“Paling bawa Rp 200an ribu buat cadangan di tempat yang belum bisa cashless, saya lebih seneng scan atau tf (transfer), karena pengeluaran apa saja bisa ketahuan ,” kata dia.
“Apalagi saya tadi tidak rencana mau kesini, jadi tidak bawa uang banyak untuk beli anggrek,” tambah Aril.
Sementara pemilik Galeri Anggrek Zilquin, Wahyono tidak mempermasalahkan metode pembayaran yang digunakan oleh para pembeli.
“Secara pribadi saya malah seneng non tunai, karena langsung masuk rekening, semua tercatat dan lebih aman,” kata dia.
Anggrek Zilquin sendiri telah menyediakan pembayaran non tunai khususnya QRIS sejak tahun 2021.
“Dulu langsung dikasih sama Senior Executive Vice President Satuan Kerja Audit Intern BRI Bu Ina (Triswahju Herlina), saat berkunjung lihat anggrek di sini, kami kan termasuk UMKM binaan BRI,” jelas Wahyono.
Sejak saat itu, penjualan Anggrek dari segmen wisatawan diakui Wahyono makin meningkat.
“Kami itu banyak dikunjungi wisatawan yang mau ke TW (Tawangmangu) jadi mungkin mampir tapi gak bawa uang, jadi scan QRIS,” ujar bapak dua anak ini.
“Banyak yang nanya juga, bisa transfer tidak, biasanya saya arahkan ke QRIS, tinggal scan barcode aja langsung masuk uangnya,” tambah Wahyono.
Galeri Anggrek Zilquin pernah dikunjungi 8.000an orang dalam satu hari ketika pascapandemi, sehingga penggunaan QRIS sangat memudahkan pelayanan.
Menurut Wahyono, pembeli dengan umur di bawah umur 40 tahun cenderung melakukan pembayaran non tunai.
“Yang sudah tua juga ada yang pakai non tunai, terutama yang ambil banyak anggrek baik untuk dijual lagi atau koleksi.”
Penggunaan QRIS juga menambah kecepatan pelayanan dan keamanan di Galeri Zilquin.
“Kalau pas rame itu kan semakin cepet pelayanan semakin nyaman pembeli, pilih bunga, bayar langsung packing.” ujarnya.
Penggunaan transaksi non tunai diakui Wahyono membuat keuangannya lebih rapi dan lebih aman.
Pasalnya semua transaksi akan tercatat otomatis di rekening dan mencegah tindakan yang tidak diinginkan oleh karyawannya.
“Alhamdulillah karyawan sini baik-baik semua, tapi namanya mencegah kan lebih baik,” kata Wahyono sembari tersenyum.
Anggrek Zilquin sudah mampu mencatatkan penjualan ribuan bibit anggrek per bulan dengan kisaran harga di Rp50.000 hingga Rp150.000/batang.
“Mbak Titiek Soeharto itu beberapa kali ke kebun kami, keluarga Kang Emil juga pernah beli anggrek di kami,” ungkap Wahyono bangga.
Cashless jadi nilai tambah UMKM
Ekonom Universitas Slamet Riyadi (Unisri) Solo, Suharno mengatakan adanya pembayaran non tunai bisa membuat nilai tambah bagi UMKM.
“Solo dan sekitarnya jadi tujuan wisata, akan banyak orang yang liburan yang pakai pembayaran non tunai, jika UMKM menyediakan QRIS atau EDC pasti jadi nilai tambah di mata wisatawan,” kata Suharno.
QRIS juga membantu agar transaksi terjadi secara cepat dan efisien karena jumlah tagihan dan pembayaran sudah ditentukan, tidak perlu ada selisih kembalian.
“Contoh adalah kuliner di Solo mayoritas harganya murah, misal beli dawet atau tahok, itu harganya 8 ribuan, kalau scan kan cepet, kalau pakai yang tunai ada kemungkinan mencari pecahan uang yang pas dulu dan sebagainya,” kata Suharno yang menulis buku 91 Tips UMKM Naik Kelas ini.
Hal itu berlaku juga untuk transaksi dengan nilai yang besar.
"Misal di kerajinan logam di Cepogo yang harganya bisa jutaan, kalau langsung QRIS kan pembeli aman tidak usah bawa uang banyak, penjual juga uangnya masuk rekening langsung," jelas Suharno.
Selain itu, kata Suharno, transaksi non tunai bisa membuat UMKM mengatur keuangannya menjadi lebih tertata dan terdata.
BRI dukung UMKM sediakan pembayaran non tunai
Regional CEO RO BRI Yogyakarta, John Sarjono mengatakan BRI mendukung UMKM dalam penyediaan akses pembayaran digital baik melalui alat transaksi EDC (Electronic Data Capture) maupun QRIS (Quick Response Code Standar Indonesia).
Pada lingkup wilayah kelolaan BRI Regional Office Yogyakarta, pada 2022 sejumlah 9.282 merchant telah menggunakan EDC BRI dan 209.285 merchant telah menggunakan alat transaksi QRIS BRI.
Kemudian pada 2023 sejumlah 10.296 merchant telah menggunakan EDC BRI dan 245.053 merchant telah menggunakan alat QRIS.
Di Februari 2024, jumlah UMKM pengguna EDC BRI telah mencapai 11.309 UMKM dan pengguna QRIS sebanyak 264.456 UMKM.
Adapun dari nilai transaksi penggunaan QRIS makin meningkat dari tahun ke tahun.
“QRIS di 2022 sebesar Rp 315 juta dan ditutup dengan peningkatan hingga Rp1,7 T di Tahun 2023,” kata John Sarjono melalui keterangan tertulisnya.(*)