Rachmi mengatakan pihaknya dalam waktu dekat akan melakukan evaluasi dengan lembaga terkait termasuk Kementerian Pertanian. Evaluasi dilakukan salah satunya terkait dengan harga pembelian dari petani dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan petani.
“Dalam waktu dekat ini akan ada evaluasi terhadap harga pembelian di tingkat petani,” ujarnya.
Rachmi menambahkan, saat ini fokus Bapanas yakni pada ketersedian bahan pangan terlebih dahulu. Bapanas juga masih melakukan program penyaluran beras ke 22 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM) yang akan berlangsung hingga Juni 2024.
“Diharapkan itu dapat memenuhi kebutuhan beras. Selain itu, pemerintah juga menggelontorkan beras yang rilis dari bulog sehingga harganya bisa dikontrol pemerintah. Baik yang untuk kelas bawah, maupun menengah,” jelasnya.
Stabilitas harga menurut Rachmi tidak hanya pada ketersediaan bahan pangan. Jika beras stok beras sedikit harga akan semakin tinggi, namun sebaliknya jika beras terlalu banyak, maka harganya akan semakin murah.
“Hal ini yang akan membuat petani jadi malas untuk menanam padi. Saat ini kan supaya petaninya happy dulu, karena harganya pantas," ungkapnya.
"Hal itu yang menjadi tugas pemerintah untuk menjaga harga di tingkat produsen maupun konsumen. Karena jika beras mahal terus juga daya beli masyarakat kita terbatas,” kata dia.