TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus melemah. Pada perdagangan kemarin mata uang rupiah ditutup di level Rp 16.220 per dolar Amerika Serikat (AS).
Angka tersebut terus mendekati kurs seperti pada zaman reformasi tahun 1998 saat kejatuhan era Presiden Soeharto. Pada Juni 1998, Rupiah jatuh pada Rp 16.800/dolar AS.
"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp16.170 per USD hingga Rp16.250 per USD," ujar Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi, Rabu (17/4/2024).
Ibrahim menerangkan, komentar Ketua The Fed, Jerome Powell membuat para pedagang semakin mengurangi ekspektasi penurunan suku bunga pada bulan Juni, dengan alat CME Fedwatch yang kini menunjukkan peluang 79,2 persen bahwa bank sentral akan mempertahankan suku bunga tetap stabil.
Baca juga: Pelemahan Rupiah Hingga Tembus Rp16.000 per Dolar AS Bikin Untung Toyota? Ini Kata Wakil Dirut TMMIN
Alat ini juga menunjukkan para pedagang memperkirakan peluang kecil kenaikan 25 basis poin.
Lebih banyak pejabat Fed yang akan menyampaikan pidatonya dalam beberapa hari mendatang, dan kemungkinan besar akan mengulangi retorika Powell, mengingat bank sentral telah memberi isyarat bahwa setiap penurunan suku bunga akan dipandu oleh inflasi.
"Selain itu, para pedagang waspada terhadap kemungkinan tindakan intervensi oleh pemerintah Jepang, terutama karena beberapa pejabat memperingatkan dalam beberapa pekan terakhir bahwa mereka tidak akan mengesampingkan tindakan apa pun untuk membendung pelemahan yen," tulis analisisnya.
Dari dalam negeri, lanjut Ibrahim Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) kembali mempertahankan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2024 di angka 5 persen.
IMF tak mengubah proyeksinya terhadap ekonomi Indonesia di angka 5 persen. Setidaknya IMF telah konsisten terhadap prospek ekonomi Tanah Air dalam tiga laporan berturut-turut. Meski mempertahankan prospek ekonomi tahun ini, namun IMF terpantau mengerek proyeksi ekonomi RI pada 2025 menjadi 5,1 persen.
"Sebelumnya, IMF secara kompak memberikan angka 5 persen terhadap proyeksi ekonomi RI, baik pada 2023, 2024, maupun 2025," imbuh Ibrahim.
Baca juga: Nilai Tukar Rupiah Melemah, Gubernur Bank Indonesia Bakal Intervensi
Hal itu sejalan dengan IMF menyebutkan bahwa negara berkembang yang tergabung dalam G20, salah satunya Indonesia, memegang peran penting bagi aktivitas ekonomi global. Indonesia sebagai produsen utama terbesar untuk transisi energi, yakni nikel.
Lain IMF, lain pula Pemerintah. Perekonomian Indonesia di tahun 2024 optimis akan lebih tinggi dibandingkan proyeksi IMF, yakni di angka 5,2 persen, kemudian pada tahun 2025 diproyeksikan mencapai kisaran 5,3 persen-5,6 persen.
Optimisme pemerintah terhadap proyeksi 2024 yang solid dan 2025 yang lebih baik, didukung oleh kondisi politik yang semakin stabil paska pemilihan presiden (Pilpres) serta berbagai indikator makro cukup bagus dan fundamental makro juga kuat, memperkuat optimisme ekonomi terus tumbuh.
Terpisah, Gubernur Bank Indonesia(BI), Perry Warjiyo memastikan pihaknya akan melakukan intervensi menyusul terus melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.