News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kisah Pembatik Desa Girilayu, Matesih, Sang Penggores 'Malam' Sejak Awal Praja Mangkunegaran Solo

Penulis: Imam Saputro
Editor: Tiara Shelavie
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Satu di antara pelestari batik gaya Mangkunegaran adalah Desa Girilayu di Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar. Desa Girilayu menjadi sentra perajin batik sejak zaman Mangkunegara I atau sekitar tahun 1775.

TRIBUNNEWS.COM - Perjanjian Giyanti pada tahun 1755 tak hanya memecah Kerajaan Mataram Islam menjadi Kasultanan Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Ngayogyakarta, akan tetapi ada budaya yang ikut terbagi.

Konon beberapa budaya khas Kerajaan Mataram Islam diboyong ke Yogyakarta termasuk batik sehingga Kasultanan Surakarta tak memiliki batik yang khas.

Akibat dari peristiwa tersebut, Paku Buwono IV memutuskan untuk membuat sendiri busana keraton yang baru, satu di antaranya batik.

Batik Surakarta juga terbagi menjadi dua, batik bermotif Keraton Kasunanan dan Pura Mangkunegaran yang masih bisa dijumpai hingga zaman now.

Satu di antara pelestari batik gaya Mangkunegaran adalah Desa Girilayu di Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar.

Desa Girilayu menjadi sentra perajin batik sejak zaman Mangkunegara I atau sekitar tahun 1775.

Tradisi membatik turun-temurun diwariskan oleh satu generasi ke generasi dibawahnya sejak sebelum Indonesia merdeka dan berkaitan erat dengan Kadipaten Praja Mangkunegaran Solo.

Batik Girilayu menjadi erat kaitannya dengan Mangkunegaran karena Girilayu secara wilayah sangat dekat dengan beberapa situs penting Mangkunegaran.

Misalnya pemakaman raja-raja Mangkunegaran di Astana Mangadeg di Girilayu.

Di Astana Mangadeg terdapat makam Raden Mas Said atau Pangeran Sambernyowo yang merupakan adipati pertama dari Praja Mangkunegaran.

Girilayu juga tak begitu jauh dengan makam Presiden ke-2 RI, Soeharto di Astana Giribangun yang juga erat kaitannya dengan Mangkunegaran.

“Dulu zaman mbah-mbah katanya memang membatik sejak Mangkunegaran I, mulai cara membatik, motif, cara pewarnaan itu diajarkan turun-temurun, ” kata Partinah, Ketua Kelompok Batik Tulis Giri Wastra Pura (GWP) ketika berbincang dengan Tribunnews.com, Selasa, 22 April 2024.

Partinah , pemilik usaha batik tulis Giri Wastra Pura di Desa Girilayu, Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. (Tribunnews)

Adapun Batik Girilayu mempunyai ciri khas kehalusan garis yakni coretan garis yang lebih kecil, dan lebih halus dibanding Batik Solo.

“Karena letak geografis kami Desa Girilayu di dataran tinggi, jadi malam atau lilin itu bisa lebih nempel ke kain mori, lain halnya di Solo yang udaranya lebih panas, lilin atau malamnya cenderung mbleber atau cair, kalau di sini bisa kecil-kecil, sering disebut Batik Alus Matesihan,” ungkap Partinah.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini