6. Peningkatan kesejahteraan masyarakat.
7. Peningkatan kerjasama antar Lembaga untuk meningkatkan daya saing kelapa sawit.
Seminar Group Diskusi ini diselenggarakan oleh Yayasan Bentang Merah Putih bekerjasama dengan LBPDPKS dan Lembaga Ketahanan Nasional RI (Lemhanas).
Acara dibuka oleh Letjen TNI Eko Margiyono, M.A., Wakil Gubernur Lemhanas RI. Dia menegaskan, kelapa sawit saat ini sudah menjadi bagian dari penyangga penting perekonomian Indonesia.
Untuk itu penting mendukung pengembangan perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan demi meningkatkan kredit karbon dan meminimalkan emisi gas rumah kaca.
Karenanya, hasil dari SGD ini diharapkan dapat berkontribusi pada ketahanan nasional khususnya pada bidang ekonomi.
Selain Prof. Dr. Ir. Reni Mayerni.M.P., Deputi Pengkajian Strategis Lemhanas RI, SGD juga menghadirkan pembicara Dr. Ir. Musdalifah Machmud M.T., Staff Ahli Bidang Konektivitas, Pengembangan Jasa dan Sumber Daya Alam; Dr Ir. Ruandha Agung Sugardiman, M.Sc., Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI; Prof Dr Ari D Pasek MSc., Head of Energy Conversion Research Group Thermodynamics Laboratory pada Energy Conversion Research Group ITB; Prof. Rizaldy Boer, Direktur Pusat Pengelolaan, Peluang dan Resiko Iklim Kawasan Asia Tenggara dan Pasifik IPB serta Triana Meinarsih, Kepala Divisi Pendidikan SDM, Litbang dan Pengembangan Sarpras – BPDPKS Kementerian Keuangan.
Sebagai penanggap hadir Dr. Basuki Sumawinata dari Pusat Study Sawit Institute Pertanian Bogor, Dr Bandung Sahari dari GAPKI dan Dr. Istiana Maftuchah, Deputi Direktur Pengawasan Bursa Karbon.
Yohana E. Hardjadinata, Ketua Yayasan Bentang Merah Putih berharap SGD ini bisa memberikan pengetahuan yang bermanfaat untuk pembuatan film dengan judul Story About Us : Palm’s Love. Film dengan latar belakang kehidupan di perkebunan kelapa sawit ini bertujuan sebagai soft diplomacy sawit Indonesia untuk dunia dan peran sawit dalam karbon trade dan emisi gas rumah kaca.
Dia menegaskan, Indonesia berkontribusi sebagai penghasil emisi gas rumah kaca terbesar ketiga di dunia. Selain juga dikenal sebagai negara penghasil kelapa sawit terbesar.
Dia juga mengingatkan, perkebunan kelapa sawit memiliki potensi untuk meningkatkan emisi gas rumah kaca (GRK). Karena, lebih dari 80 persen pengundulan hutan berhubungan dengan pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit. Tindakan ini tentunya memberikan dampak signifikan terhadap iklim global.
Untuk itu, pentingnya melakukan pendekatan pengembangan perkebunan kelapa sawit berkelanjutan agar dapat menjadi solusi penting untuk meminimalkan emisi GRK dan meningkatkan kredit karbon.
Pendekatan ini mengoptimalkan produksi kelapa sawit dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan dan sosial.
"Perlu dilakukan kajian tentang strategi pengembangan perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan untuk meningkatkan penerimaan kredit karbon dan mengurangi emisi gas rumah kaca," ujarnya.