TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Program penyaluran bantuan sosial untuk masyarakat miskin yang dilakukan pemerintah ternyata berdampak pada pertumbuhan ekonomi kuartal I 2024.
Sebab, bansos dianggap menjaga daya beli masyarakat miskin.
“Bansos menjaga daya beli masyarakat kelas miskin dengan proporsi konsumsi terhadap konsumsi nasional yang sebenarnya cukup besar. Jadi bansos memang berdampak positif terhadap konsumsi rumah tangga yang masih tumbuh positif,” kata Pengamat Ekonomi INDEF Nailul Huda, Rabu(8/5/2024).
Namun, Huda menyebut pemerintah juga mesti memikirkan nasib kelompok masyarakat rentan miskin yang jumlahnya cukup besar. Mereka tidak termasuk yang mendapatkan bansos. Ketika ada kenaikan harga, kelompok rentan miskin cukup terpukul.
Baca juga: Mensos Risma Wanti-wanti Pendamping Bansos Tak Boleh Ikut Usulkan DTKS
“Mereka tidak miskin, namun juga tidak berkecukupan, tidak mendapatkan bansos juga. Mereka tertekan dengan kenaikan harga pangan,” kata Nailul.
Hal itu membuat konsumsi rumah tangga tidak tumbuh optimal. Efek bansos ini hanya dirasakan masyarakat miskin. “Kelompok yang rentan miskin tidak merasakan efeknya, bahkan merasakan dampak negatif kenaikan harga pangan,” ujar Nailul.
Badan Pusat Statistik(BPS) mencatat perekonomian Indonesia pada kuartal I-2024 tumbuh 5,11 persen secara year on year (YoY). Pertumbuhan ekonomi ini meningkat dari kuartal IV 2023 yang hanya 5,04%.
Pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2024 ini ditopang seluruh komponen pengeluaran utama. Di antaranya, konsumsi rumah tangga yang tumbuh sebesar 4,91%, dan menjadi penyumbang utama pertumbuhan ekonomi periode tersebut.