TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Frans Hero Making, seorang pegiat pertanian, mengajak para petani menggunakan pupuk organik.
Menurut dia, penggunaan pupuk organik penting dan lebih baik daripada pupuk kimia.
"Penggunaan pupuk kimia di sisi lain mampu menggenjot produksi. Di sisi lain menyisahkan persoalan penurunan produktivitas lahan di masa tanam berikutnya," ujar Pionir Pertanian Moderen Mina Padi Jajar Legowo itu dalam keterangannya pada Jumat (24/5/2024).
Dia menjelaskan penggunaan pupuk Kimia terus menerus itu justru lama kelamaan lahan akan menjadi kurus tidak bernutrisi, tanam kedua dan ketiga itu sudah mulai produktivitasnya menurun.
"Tetapi dengan organik, kemudian ditambah dengan ikan, sistim mina padi, alhamdulillah saya berani jamin kelestarian lingkungan kemudian produktivitas tanah tetap terjamin," kata Alumnus Sekolah Perikanan Bogor ini.
Dia menjelaskan, di balik inovasi pertanian yang kian beragam, kesadaran untuk kembali mengedepankan penggunaan pupuk organik adalah sebuah keharusan.
Pengalamannya di Mina Padi Samberembe membuktikan hal tersebut.
Pria kelahiran Flores timur ini menceritakan, perkenalan dengan Indoraya Mitra Persada (IMP) 168 besutan Atik Chandra kian memantabkan pandangannya akan pentingnya penggunaan pupuk organik.
"Kami waktu itu menggunakan Pupuk Cair Organik ExtraGen, namun kami sampaikan bahwa pada fase fegetatif petani kami waktu itu menggunakan pupuk urea, akhirnya waktu diuji lab, beras kami dinyatakan beras sehat, belum beras organik, karena di tahap awal masih menggunakan pupuk kimia," tuturnya.
Dari pengalaman tersebut, Penyandang juara Festival Penyuluh Perikanan Tingkat Nasional ini memantabkan diri bersama rekan-rekannya untuk secara bertahap menghapus penggunaan pupuk kimia pada lahan pertanian yang dikelolanya.
Dari hasil percontohan, demonstrasi plot (demplot) yang ia kembangkan bersama rekan di Mina Padi Desa Samberembe, penggunaan pupuk cair organik tak hanya menjaga kelestarian organisme mikro di lahan pertaniannya, tetapi juga meningkatkan hasil produksi padi yang ia kembangkan.
"Sebelum Bu Atik Chandra melihat di kampung mina padi, saya sampaikan untuk melakukan demplot terlebih dahulu, dan luarbiasa hasilnya ternyata memuaskan, yakni rata-rata 16-18 ton per hektar gabah kering," ujar Frans.
Sebagai informasi, Frans Hero Making telah malang melintang di dunia perikanan dan pertanian, dimana selama 37 tahun.
Dia telah mengabdi sebagai Penyuluh Perikanan BRDSDM KP Kementerian Kelautan dan Perikanan, sebelum akhirnya aktif mengembangkan teknologi Jajar Legowo Mina Padi-Minapolitan dan Program Smart Fisheries Village.
Kini, namanya pun tak hanya dikenal oleh para pegiat perikanan nasional, tetapi juga para pegiat pertanian dengan inovasinya yang memadukan perikanan dengan pertanian yang kini kian dimantabkan dengan pengguanaan pupuk organik.