Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Perdagangan minyak dunia dalam 24 jam terakhir mengalami pergerakan harga yang tajam, seperti harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juli naik 27 sen atau 0,3 persen menjadi 84,49 dolar AS per barel pada 0042 GMT.
Lonjakan serupa juga dialami perdagangan minyak kontrak berjangka West Texas Intermediate AS untuk bulan Juli yang dilaporkan naik sebesar 35 sen atau 0,4 persen menuju 80,18 dolar AS per barel, sebagaimana dikutip dari Reuters.
Kenaikan harga minyak terjadi usai para investor pasar global dibayangi kekhawatiran akibat sentimen negatif dari konflik Hamas-Israel yang kian memanas. Terlebih baru-baru ini pasukan Israel melakukan pembantaian mengerikan ke kamp Rafah, hingga 50 pengungsi Palestina tewas terbakar.
Baca juga: Serangan Israel ke Rafah Kerek Harga Minyak Dunia, Brent-WTI Kompak Naik Tembus 83,79 Dolar AS
Konflik ini yang kemudian membuat para investor dilanda kekhawatiran apabila eskalasi perang regional akan mengganggu pasokan minyak mentah di Timur Tengah. Apabila hal tersebut terjadi, maka akan menciptakan ketidakpastian yang dapat mengganggu pasokan minyak dunia.
Selain dibayangi konflik Timur tengah, penguatan juga terjadi imbas rencana para pedagang dan analis bahwa Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya termasuk Rusia, yang dikenal sebagai OPEC+ yang akan memangkas produksi minyak hariannya.
Pemangkasan ini nantinya akan dilakukan hingga Desember 2024, dengan adanya pemangkasan tersebut target produksi minyak sejumlah negara anggota OPEC+ resmi dipangkas sebesar 2,2 juta barel per hari.
“Tindak lanjut kenaikan minggu ini difasilitasi oleh melemahnya dolar secara signifikan dan berkembangnya konsensus bahwa OPEC+ akan memperpanjang pengurangan produksi pada pertemuan akhir pekan mendatang,” kata Jim Ritterbusch dari Ritterbusch.
Belum diketahui sampai kapan lonjakan harga akan terjadi, namun sejumlah analis termasuk Goldman Sachs memprediksi kenaikan harga minyak akan berlangsung seiring dengan naiknya perkiraan permintaan minyak global untuk tahun 2030 karena potensi perlambatan dalam adopsi kendaraan listrik (EV).
Harga Saham Ikut Terkerek Naik
Selain harga minyak, konflik Timur Tengah yang memanas mendorong pasar saham naik ke level tertinggi, seperti Indeks S&P 500 naik tipis 1,32 poin (0,02 persen) ke level 5.306,04.
Sementara itu, indeks Nasdaq Composite menguat 99,09 poin (0,59 persen) ke level 17.019,88. Akan tetapi saham Indeks Dow Jones Industrial Average turun 216,73 poin (0,55 persen) ke level 38.852,86.