Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona hijau pada perdagangan menjelang akhir pekan Jumat (28/6/2024).
IHSG menguat 1,37 persen atau naik 95,62 poin ke level 7.063,57.
Sebanyak 335 saham menguat, 212 saham melemah dan 237 saham stagnan.
Transaksi perdagangan hari ini mencapai Rp19,1 triliun dari 16,4 miliar saham yang diperdagangkan dengan frekuensi perpindahan tangan 812.013.
Baca juga: IHSG Sesi I Naik ke Level 7.058, BBRI, BBCA dan BMRI Bukukan Transaksi Terbesar
Mayoritas indeks sektoral menguat di antaranya sektor energi 1,28 persen, barang baku 0,99 persen, industri 0,65 persen, non siklikal 0,1 persen, siklikal 0,33 persen, keuangan 1,39 persen, properti 0,52 persen, teknologi 0,63 persen, infrastruktur 0,98 persen, transportasi 1,65 persen.
Hanya sektor kesehatan terpantau melemah 0,45 persen.
Beberapa saham-saham masuk top gainers yaitu PT Berdikari Pondasi Perkasa Tbk (BDKR) naik 25 persen ke Rp675, PT Inocycle Technology Group Tbk (INOV) naik 19,28 persen ke Rp99 dan saham PT Logindo Samudramakmur Tbk (LEAD) naik 11,59 persen ke Rp77.
Adapun saham-saham yang masuk top losers antara lain, PT Mitra Komunikasi Nusantara Tbk (MKNT) turun 50 persen di Rp1, PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI) turun 50 persen di Rp1 dan PT Jaya Swarasa Agung Tbk (TAYS) merosot 16,67 persen di Rp75.
PT PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) menjadi tiga saham teraktif diperdagangkan.
Di pasar valuta asing, nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat menjelang akhir pekan.
Mengutip Bloomberg, nilai tukar rupiah ditutup di level Rp16.375 per dolar AS atau naik 30 poin dibanding posisi sebelumnya Rp16.405 per dolar AS.
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi menuturkan sebagian besar pedagang tetap bias terhadap greenback menjelang data indeks harga PCE utama, yang merupakan ukuran inflasi pilihan The Fed.
Data tersebut akan dirilis pada hari Jumat dan diperkirakan menunjukkan inflasi sedikit menurun pada bulan Mei, namun tetap jauh di atas target tahunan The Fed sebesar 2 persen.
“Dolar sedikit terpengaruh oleh data terbaru yang menunjukkan adanya penurunan pada perekonomian AS, khususnya pasar tenaga kerja,” kata Ibrahim.
Ketidakpastian mengenai kapan dan seberapa besar The Fed akan menurunkan suku bunga membuat aliran dana ke dolar tetap kuat.