News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Menko Airlangga Sebut Industri Baja RI Ditakuti Berbagai Negara di Dunia, Ini Penyebabnya

Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Seno Tri Sulistiyono
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto di Hotel Bidakara, Jakarta, Rabu (10/7/2024).

Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, industri baja Indonesia ditakuti oleh berbagai negara di dunia.

Baja yang merupakan komoditas ekspor andalan Indonesia selain sawit dan batu bara, disebut memiliki daya saing yang luar biasa.

Menurut Ketua Umum Partai Golkar itu, indikator sebuah komoditas memiliki daya saing yang luar biasa itu kalau sudah digugat oleh negara-negara dunia.

Baca juga: Industri Baja Swasta Indonesia Ini Tuntaskan Divestasi Anak Usaha

"Ekspor terbesar andalan Indonesia yaitu baja, sawit, batubara. Tiga komponen daya saingnya luar biasa. Kalau daya saing luar biasa, simbolnya gampang. Digugat di luar negeri. Sawit digugat, stainless steel digugat dalam bentuk larangan ekspor. Nah ini menunjukkan bahwa kita sangat kompetitif," kata Airlangga dalam acara Seminar Nasional dan Pameran Rantai Pasok Konstruksi Baja di Hotel Bidakara, Jakarta, Rabu (10/7/2024).

"Saya melihat bahwa baja ini kita sudah kuat dan baja kita sudah ditakuti oleh berbagai negara di dunia," lanjutnya.

Dalam kesempatan sama, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengatakan bahwa Indonesia menempati posisi keempat dalam daftar negara eksportir baja terbesar di dunia.

Indonesia yang sebelumnya pada 2019 menempati posisi ke-17 dalam daftar eksportir besi baja terbesar dunia, pada 2023 naik ke posisi empat.

Menurut data Trade Map yang disajikan Zulkifli dalam paparannya, pada 2023 Indonesia menguasai 5,61 persen ekspor besi baja dunia.

Di atas Indonesia ada Jepang dengan pangsa pasar sebesar 6,42 persen, Jerman 6,95 persen, dan China 14,57 persen.

Sementara itu, data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, ekspor produk baja pada kuatal I-2024 meningkat 38,3 persen dari 3,81 juta ton menjadi 5,27 juta ton.

Dalam kurun waktu tersebut, volume impor baja Indonesia mengalami penurunan dari 3,91 juta ton menjadi 3,51 juta ton atau turun sebesar 10,2 persen.

Perkembangan tersebut melanjutkan tren positif sepanjang lima tahun terakhir, tepatnya pada 2019-2023.

Indonesia Iron & Steel Industry Association (IISIA) mengatakan, ekspor baja tercatat terus mengalami pertumbuhan dari 5,99 juta ton pada 2019, menjadi 18,19 juta ton pada 2023 atau tumbuh sebesar 204 persen.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini