TRIBUNNEWS.COM, WAINGAPU -- Bank Indonesia (BI) memberi kabar baik terhadap mata uang garuda.
Meski saat ini rupiah terus melorot, namun potensi kenaikannya cukup tinggi.
Ramdan Denny Prakoso Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset BI mengatakan, potensi menguatnya rupiah sangat terbuka saat ini.
Baca juga: IHSG Dibuka Menguat ke Level 7.329, Nilai Tukar Rupiah Terdepresiasi
Hal ini disebabkan oleh kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat atau The Fed yang diperkirakan telah mencapai masa puncaknya.
"Suku bunga di AS sudah sampai peak (puncak), kemungkinannya akan turun," kata Denny, dalam Press Briefing di Waingapu, NTT, Senin (22/7/2024).
Ia menjelaskan dalam beberapa tahun ini, The Fed memang menaikkan suku bunga secara bertahap secara ekstrem.
Ia menyebutkan, kenaikan suku bunga yang dilakukan dari 0,25 persen hingga 5,25 persen secara bertahap.
Diperkirakan, The Fed tidak akan menaikkan dan cenderung menurunkan suku bunga acuan dan akan diikuti oleh bank sentral di negara-negara Eropa.
Efeknya, akan menjadi angin segar bagi rupiah yang saat ini terus tertekan.
Menurutnya, setelah suku bunga di AS turun, diperkirakan nilai dolar pun turut menurun. "Potensi rupiah sangat terbuka. Asalkan kita bekerja keras ya," kata Denny.
Pada Senin (22/7/2024) rupiah berada pada posisi Rp 16.214,80/dolar AS.
Namun meskipun terus menurun, kemerosotannya nilai rupiah dianggap masih sedikit ketimbang negara-negara lainnya di ASEAN dan Asia.