News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Berkat Semangat Kreativitas, Wira Sulap Barang Bekas Menjadi Tas Bernilai hingga Berdayakan Tetangga

Penulis: Arif Tio Buqi Abdulah
Editor: Drajat Sugiri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Wira Laga Bachtiar dan beberapa tas karyanya. - Berawal dari iseng membuat tas upcycle, Wira Laga Bachtiar kini jadi perancang tas dan bisa memberdayakan tetangga disekitarnya. (Instagram/@wiralagabae)

TRIBUNNEWS.COM - "Dulunya aku nggak tertarik dengan dunia menjahit. Latar belakang keluargaku adalah penjahit. Bapak, Ibuk, Mbak juga. Tapi aku melihat ya cuma gitu-gitu aja tidak berkembang."

"Tapi, pandanganku saat ini berubah. Penjahit yang dulu pesananya cuma dikenal tetangga sekitar atau dari mulut ke mulut, ternyata kalau dikombinasikan dengan dunia digital, seperti bikin konten di media sosial, itu pasarnya bisa sampai ke seluruh Indonesia bahkan luar negeri."

Itulah yang diungkapkan Wira Laga Bachtiar (31), seorang Content Creator dan Brand Owner dari Wiralagaba, sebuah produk tas lokal di Sidoarjo Jawa Timur.

Kegigihan dan semangat kreativitas Wira membuat dirinya kini menjadi seorang designer tas dan bisa memberdayakan tetangga sekitarnya.

Dalam benaknya, semula ia tidak pernah bermimpi untuk menjadi seorang designer tas dan berkutat dengan mesin jahit.

Musabab, ia melihat sendiri kehidupan keluarganya yang hanya pas-pasan kala menekuni pekerjaan sebagai penjahit baju.

Namun situasi pandemi beberapa tahun lalu mendorong Wira mengeluarkan kreativitasnya hingga akhirnya memutuskan full terjun di dunia fashion seputar tas.

Pandemi membuat dirinya yang biasanya menghabiskan waktu di toko busana ritel sebagai karyawan, harus bekerja dari rumah. Hal itu membuat dirinya justru lebih banyak menghabiskan waktu dengan gadget dan sosial media.

Ia pun mulai berpikir untuk melakukan sesuatu dari kondisi itu. Terciptalah ide untuk membuat konten mengenai tas dari bahan-bahan yang tidak terpakai atau upcycle.

Di tangannya, bola basket bisa menjadi tas tangan, helm jadi tas, dan banyak barang lain yang biasanya hanya jadi onggokan sampah, disulap menjadi sebuah produk bernilai.

Selama tiga tahun terakhir, ia rajin mengunggah konten tentang upcycle, atau memanfaatkan barang lama menjadi berbagai barang mode (fashion item).

Kontennya menarik perhatian warganet dan membuatnya viral hingga kini diikuti ratusan ribu akun di Instagram dan TikTok @wiralagabae.

Karya Upcycle yang dibuat oleh Wira (Instagram/@wiralagabae)

Baca juga: JNE 33 Tahun Gelorakan Gasss Terus Semangatnya

Berawal dari Konten Upcycle

Semula, Wira hanya sekadar iseng membuat tas dengan bahan yang tidak terpakai atau barang bekas untuk konten media sosialnya.

"Ketika masa pandemi itu disuruh work form home (WFH). Tapi di rumah itu cuma sedikit jam kerjanya, paling dua atau tiga jam, sisanya ya nganggurnya nggak ngapa-ngapain, padahal kan kita gak boleh keluar dulu itu," cerita Wira kepada Tribunnews, Senin (29/7/2024).

"Ya sudah aku pikir-pikir coba belajar menjahit karena kan dirumah itu mesin jahit itu juga ada, aku lihat Youtube dan bikinlah itu semacam totebag. Dari situ mulailah kepikiran kenapa gak coba buat tas dari daur ulang," ungkapnya.

Wira lebih memilih fokus pada konten seputar tas. Selain karena masih jarang, menurutnya membuat tas lebih mudah dibanding baju.

Ia cukup semangat untuk mencoba hal baru yang kini justru menjadi ladang penghasilannya itu. Dalam seminggu, ia bisa sampai membuat tiga hingga empat konten seputar pembuatan tas upcycle.

Untuk satu konten yang diunggah di media sosial, butuh waktu yang tidak singkat. Bahkan jalan yang dilalui Wira tak selalu mulus. Butuh beberapa kali trial and error untuk bisa mendapatkan sebuah tas yang akhirnya layak dipakai.

Proses pembuatannya itu sendiri cukup panjang, dari pembuatan pola, pengambilan video, proses eksekusi, hingga proses mengedit.

Salah satu tas buatannya yang viral adalah upcycle paperbag McD dan Starbucks. Dengan ide kreatifnya, Wira berhasil mendaur ulang paperbag McD layaknya tas mewah ala Balenciaga dan merubah paperbag Starbuck menjadi tas branded Dior.

"Untuk proses pembuatan upcycle, dari pembuatan pola, pengambilan video, eksekusi, sampai mengedit dan lain-lain itu biasanya membutuhkan waktu sampai 8 jam, ada yang satu sampai dua hari."

"Jadi untuk konten satu menit di Instagram, TikTok atau di sosial media manapun itu membutuhkan waktu lebih dari 8 jam," tuturnya.

Wira menjelaskan, proses pembuatan konten upcyclenya memang membutuhkan waktu yang lama. Pasalnya baik proses pembuatan produk upcycle maupun proses pengambilan videonya harus dilakukan dengan detail.

"Misal dari jam 1 siang itu aku mulai pola, aku bikin pola, sampai eksekusi itu bisa sampai jam 10 malam, jam 12 malam, bahkan bisa sampai jam 1 pagi lagi."

"Jadi memang dibutuhkan beberapa, kaya waktu, untuk waktunya lama, kaya pengambilan videonya aku juga harus detail," tuturnya.

Karyanya yang ia buat itu pun menarik perhatian warganet. Banyak yang tertarik dan ingin membeli tas buatannya.

Melihat banyaknya warganet yang antusias, Wira mencoba untuk membuat produk-produk lainnya, tak hanya dari barang upcycle, melainkan juga tas dengan konsep tertentu.

"Aku coba bikin konten, dari yang mudah sampai agak rumit. Cukup rutin dulu seminggu bisa tiga sampai empat konten, lama-lama sering jadi FYP (four your page -istilah untuk ngetren di TikTok) dan orang sering suka, dan akhirnya keterusan sampai sekarang, dari situ pula aku nerima pesanan dari temen-temen," ungkap Wira.

Dari menerima pesanan itu, Wira pun membuatnya menjadi konten di media sosial. Hal itu ia lakukan terus menerus dan berulang.

"Di dunia fashion, itu kan perputarannya sirkulernya kan cepat, kadang model yang dipakai bulan ini bisa jadi bulan depan udah ganti lagi,"

"Sampai sekarang mungkin ada lebih dari 100 model tas yang udah aku bikin. Dan itu kalau banyak yang peminatnya itu aku biasanya buka pesanan pre-order (PO) di setiap modelnya," jelasnya.

Tas kasur karya Wira Laga Bachtiar. (Instagram/@wiralagabae) 

Baca juga: JNE Berangkatkan Umrah 345 Karyawan ke Tanah Suci

Pesanan Meledak hingga Berdayakan Tetangga

Setelah konten video tasnya kerap FYP dan mendapat respons positif dari warganet, sejak saat itulah pandangan Wira tentang dunia menjahit mulai berubah.

Ia pun memtuskan untuk fokus sepenuhnya bergelut di dunia tas, baik sebagai konten kreator, atau perancang tas.

"Aku memutuskan resign dari kerjaan dua tahun ini dan fokus bikin konten tentang tas-tas. Sekarang full ngonten, bikin tas, jadi pembicara juga, buka workshop, pokoknya seputar tas," terangnya.

Semangat untuk terus melakukan inovasi pada karya yang dibuatnya mengantarkan Wira pada satu momen yang cukup besar dalam hidupnya.

Yakni ketika produk buatannya, tas dengan model kasur, dipakai oleh selebritis ternama tanah air, Fujianti Utami alias Fuji pada awal tahun ini.

"Produk aku yang paling ramai itu tas kasur. Itu dipakai sama Fuji, tapi nggak endors justru Fujinya yang mau."

"Tiba-tiba ada pesan masuk dan bilang Fuji mau pakai tas itu. Sempet kaget, dan setelah perbincangan panjang lebar aku kirim untuk Fuji."

"Awalnya cuma mau minta foto saat dia pakai, tapi dia malah posting di Instagramnya, jadilah booming itu. Banyak followersnya yang tanya dan tiba-tiba dia malah ngetag aku."

"Dari situ semakin menjadi-jadi. Dari yang awalnya produksi cuma mentok 100 pcs, itu jadi nyampe 1000 pcs lebih. Biasanya kan aku ngerjain sendiri dibantu mbak dan bapak aku, tapi karena ramai banget, aku sampai ngajak tetangga-tetangga untuk bantuin."

"Mereka bantu untuk bagian pembuatan polanya, kan sudah ada pattern-nya, jadi tinggal menirukan dan menggunting."

"Dari situ akhirnya buka pre order 1000 pcs itu bisa selesai dengan dikerjakan bareng-bareng sama tetangga," ungkap Wira.

Wira pun mengaku bersyukur bisa terjun di dunia fashion, khususnya seputar tas hingga bisa memberikan dampak bagi masyarakat di sekitarnya.

"Awalnya ada tujuh orang tetangga yang membantu, tapi setelah itu malah ada saja yang datang minta pekerjaan."

"Sebenarnya pengen buat sendiri tapi alhamdulillah sekarang bisa bersyukur banget bisa terjun di dunia ini dan memberikan efek dan impact buat orang-orang sekitar," kata dia.

Foto Wira dan karya upcycle-nya. (Instagram/@wiralagabae) (Instagram/@wiralagabae)

Baca juga: JNE Berbagi Keberkahan di Ramadan 2024

Maju Berkat Inovasi Kreativitas dan Percaya JNE

Apa yang didapatkan Wira saat ini tak lepas dari semangat kreativitas yang dimilikinya.

Meski hanya tamatan SMA, namun hal itu tak membuat Wira menyerah pada situasi.

Perjuangannya untuk terus berkembang dan mau selalu belajar membuat nasibnya berubah dari yang semula hanya penjaga toko busana ritel, kini bisa menghasilkan produk sendiri.

Bahkan produk yang kini diberi brand sesuai namanya itu, Wiralagabae, sudah sampai dikirim ke luar negeri.

"Kalau ekspor secara masif belum, tapi beberapa costumer itu ada yang dari luar negeri itu pesen dari Wira. Bisa dibilang ekspor tapi masih skala kecil, by request."

"Tapi kalau untuk yang ekspor berkontainer-kontainer itu belum. Mungkin suatu saat ya nanti harapannya bisa begitu," tutur Wira.

Untuk satu produk tas, biasanya Wira memberi harga di kisaran Rp250 ribu hingga Rp330 ribu. 

Meski produksinya belum cukup masif, namun dari pesanan yang ada, paling tidak sudah bisa untuk memenuhi kebutuhan dan bisa membantu masyarakat sekitarnya.

"Biasanya dari konten yang ramai itu nanti Wira buka semacam pre-order. Misal ada 200 atau 300 orang yang PO, yaudah aku bikin sesuai pesanan yang masuk," ungkapnya.

Untuk proses pengirimannya, Wira selalu mengandalkan jasa pengiriman dari PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE).

Dulunya, ia sering pergi ke gerai JNE untuk mengantar pesanan tasnya. Namun saat ini, ia sudah tak perlu repot-repot lagi mengantar karena ada petugas yang mem-pick up- barang yang akan dikirim.

"Awal-awal Wira ngirim itu sudah pakai JNE. Di deket rumahnya Wira itu kan ada JNE itu. Kalau skala kecil Wira anter sendiri, tapi sekarang alhamdulillah sudah skala besar jadi mereka yang datang ke rumah Wira untuk pickup barang pesanan," kata dia.

Wira punya beragam alasan mengapa memilih JNE dalam semua urusan pengantaran produk tasnya.

Diakui Wira, selama ini tidak ada pelanggan yang komplain soal pengantaran pesanan.

Selain soal ketepatan waktu, JNE juga tidak pernah salah alamat alias paket salah sasaran.

Untuk ongkos kirim (ongkir) JNE juga hemat di kantong. Apalagi, banyak program JNE yang dipilih dalam pengiriman barang.

Tak hanya itu, Wira juga memuji sikap karyawan JNE yang cukup komunikatif.

"Bahkan hampir setiap hari itu dapat WA yang menanyakan barang yang mau dipickup, 'Mas kita dari JNE, ada barang pengiriman nggak hari ini?'," sambungnya.

"Lebih mempermudah banget, kita tinggal duduk manis ada kurir yang mengambil," imbuh Wira.

JNE sebagai perusahan ekspedisi yang telah berdiri selama 33 tahun, JNE memang telah menjadi bagian dari ekosistem dunia usaha.

Meski begitu, Senior Vice President of Marketing PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE), Eri Palgunadi mengatakan, tugas JNE sebenaranya lebih dari sekadar melakukan proses pengiriman barang.

Sesuai dengan tagline 'Connecting happiness', JNE juga diharapkan terus memberikan manfaat dan bersama–sama bergerak dengan UMKM, Pelanggan dan Mitra agar siap menghadapi setiap tantangan dalam perjalanan untuk mengantarkan kebahagiaan.

"Tugas kita sebenarnya bukan hanya sebatas melakukan proses pengiriman, tetapi bagaimana menghubungkan setiap stakeholder yang ada di dalam ekosistem itu agar happy," kata Eri Palgunadi dalam acara UMKM Summit 2024, Kamis (7/6/2024).

Dalam momen peringatan Ulang Tahun Ke-33 tahun, JNE mengusung tema ”Gass Terus Semangatnya” yang memiliki makna Menyatukan Kebersamaan, Menguatkan Semangat dan terus Berbagi, Memberi serta Menyayangi.

Sejalan dengan semangat kreativitas yang ditunjukkan Wira sebagai pelaku UMKM, JNE pun terus berinovasi dengan membuat berbagai program.

Satu diantaranya program "JNE Ngajak Online” yang digelar setiap tahunnya sejak dilucnurkan pada 2017 lalu.

Program sudah diselenggarakan di 183 Kota Indonesia, dihadiri kurang lebih 40 ribu pelaku UMKM untuk mengikuti berbagai pelatihan strategi penjualan di era digital dalam meningkatkan potensi UMKM.

Sementara itu, Wira berpesan kepada pelaku UMKM agar terus semangat dan tekun berinovasi terutama dengan memanfaatkan dunia digital.

"Sekarang di era digital kita bisa dengan mudah nemu ide untuk mengembangkan usaha kita, baik berkaitan dengan produksi maupun penjualan."

"Tapi daripada itu semua, yang penting kita penting jalan dulu, kalau udah jalan nanti kita bisa analisa kenapa produk/kontennya gak rame, kenapa bisa ramai."

"Jangan pula setengah jalan. Harus dinikmati prosesnya, baik enak dan tidak enaknya karena itu adalah satu paket jalan menuju keberhasilan. Dari pengalaman itulah kita bisa dapat ilmunya," tukas Wira. (*)

#JNE 
#ConnectingHappiness 
#JNE33Tahun 
#JNEContentCompetition2024
#GasssTerusSemangatKreativitasnya 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini