News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pemindahan Ibu Kota Negara

Pekerja di IKN dan Warga Sekitar Nusantara Kesulitan Air Bersih, Terpaksa Beli dari Depo

Editor: Seno Tri Sulistiyono
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Mobil pengangkut air bersih. Nilai putaran uang di bisnis air bersih di kawasan IKN mencapai miliaran rupiah.

TRIBUNNEWS.COM, - Pekerja di kawasan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara dan warga sekitar kesulitan mendapatkan air bersih untuk keperluan sehari-hari.

Namun, di tengah kesulitan tersebut menjadi peluang bisnis bagi beberapa orang. Satu di antaranya Eko Hadi, warga Tulungagung, Jawa Timur.

Eko sengaja datang ke Kalimantan Timur untuk memulai usaha, tetapnya di wilayaj Sepaku, Penajam Paser Utara (PPU).

Ia yang memiliki bisnis di Palembang, Sumatera Selatan, datang ke Sepaku enam bulan lalu yang awalnya ingin membuat kos-kosan.

Baca juga: Kelik Soroti Momen Jokowi dan Prabowo Duduk Berdampingan pada Peringatan HUT RI di IKN

Tetapi setelah melihat kondisi lapangan, Ia mengubah rencana bisnisnya menjadi penyedia air bersih dan kini pun telah mempekerjakan 12 orang di depo penyedia air bersih yang dibukanya.

Keputusan ini membuatnya mendulang rupiah, karena tingginya permintaan air bersih.

"Jika dirata-rata sebulan ya seratusan juta omzetnya. Depo kami hanya satu dari puluhan depo penyuplai air bersih," kata Eko dikutip dari TribunKaltim, Senin (19/8/2024).

Pemerintah telah membangun Bendungan Sepaku Semoi sebagai calon air baku. Tapi diproyeksikan untuk memenuhi kebutuhan di IKN.

Mengambil air baku dari Sungai Sepaku yang keruh, anak buah Eko Hadi membuat dua kolam penampungan sekaligus penjernihan.

Air yang sudah dijernihkan menggunakan bahan kimia aluminium sulfat ditampung di kolam kedua.

Dari kolam kedua, air disedot ke bak penampungan di depo tepi jalan Sepaku 2, dan langsung bisa diisikan ke mobil-mobil pembawa tandon atau tangki air yang datang dan pergi hampir tanpa putus.

Rata-rata satu tandon atau tangki air berkapasitas 1.200 liter dan ada yang 5.000 liter.

Satu tangki 1.200 liter harga bayarnya hanya Rp 20.000 dari depo.

Tangki volume 5.000 liter bayarnya Rp 100.000 di depo.

Distribusi air bersih di mobil tangki itu kemudian juga jadi bisnis baru bagi warga Sepaku.

Mereka berkeliling mengirim ke pembeli rumahan maupun ke perusahaan dengan harga lebih tinggi.

Jika dihitung termasuk penjualan eceran di tingkat pengedar air bersih, nilai putaran uang di bisnis air bersih di kawasan IKN ini bisa berlipat-lipat miliaran rupiah.

Sulitnya Mendapat Air Bersih

Selain memenuhi kebutuhan proyek IKN berikut ribuan pekerja konstruksi di dalamnya, air bersih ini juga dibeli warga masyarakat biasa di Sepaku.

Air bersih sudah jadi masalah sejak sebelum proyek IKN dimulai.

Masyarakat sangat tergantung sumber air sungai yang melimpah di musim hujan, tapi mengering di saat kemarau.

Sumber air sumur sangat terbatas, karena umumnya air mengandung zat besi yang cukup parah.

Andoko, warga Desa Bumi Harapan di Sepaku mengatakan, sejak proyek IKN dimulai, sumber air cepat mengering karena memenuhi kebutuhan yang meningkat berkali lipat.

Sebelum ada IKN, warga relatif tidak punya masalah dengan ketersediaan air bersih.

Jaringan PDAM belum ada di wilayah Sepaku. Jika terjadi krisis, warga akhirnya membeli.

"Ya, karena belum masuk sampai sini jaringan PDAM, jadi air kita beli di luar," ujar Riko, warga Bumi Harapan di Kecamatan Sepaku.

Di tingkat konsumen atau warga, air bersih dari luar dibeli seharga Rp 80.000 sampai Rp 100.000 per tandon dengan kapasitas 1.200 liter.

Bisa dihitung berapa selisih harga dari depo hingga ke tingkat konsumen.

Selain membeli air dari luar, sebagian warga juga memiliki sumur sendiri yang digali di samping rumah.

Namun, saat musim hujan tiba, air sumur sering kali menjadi kotor dan memaksa warga untuk kembali membeli air dari luar.

"Ada sumur sendiri, tapi kalau hujan deras berhari-hari itu kita pesan dari luar karena air sumurnya kotor kemasukan lumpur tanah," timpal Hasna, juga warga Desa Bumi Harapan.

"Alhamdulillah lumayan, sehari itu bisa sampai 10 tandon yang pesan," ujar Udin, seorang penjual air keliling di Sepaku.

Ia menggunakan mobil pikap yang sudah dipasangi tangki dan pompa.

Udin menjelaskan, air yang dijualnya dibeli dari pemilik sumur bor seharga Rp 20 atau 25 ribu per tandon berkapasitas 1.200 hingga 1.500 liter.

Air tersebut kemudian dimuat pakai mobil pick up dan dijual kepada pelanggan dengan harga yang bervariasi tergantung jarak dan lokasi pengantaran.

"Kita beli juga Rp 25.000 satu tandon begini. Tergantung jarak, kalau dekat di sekitaran Sepaku atau dekat arah Titik Nol IKN itu Rp 80.000 satu tandon, tapi kalau ke atas lagi itu bisa Rp 100.000," jelasnya.

Udin menambahkan, pelanggan terbanyak berasal dari rumah-rumah kontrakan, kos-kosan, penginapan, atau guest house yang tumbuh bak cendawan di sekitar proyek IKN.

"Sehari itu mereka bisa pesan tiga sampai lima tandon karena tamu penginapan mereka penuh jadi otomatis kebutuhan air juga banyak," ungkapnya.

Ketiadaan jaringan PDAM di Sepaku membuat warga harus mencari alternatif lain untuk memenuhi kebutuhan air bersih.

Hingga jaringan PDAM masuk, solusi ini menjadi andalan bagi warga Sepaku dalam menghadapi keterbatasan air bersih.

Sementara untuk kawasan inti IKN, pasok air sebagian mulai dialirkan dari fasilitas penjernihan di Bendungan Sepaku Semoi, berjarak lebih kurang 30 kilometer dari Titik Nol IKN.

Pemerintah juga telah mendesain kolam-kolam retensi dan embung-embung di sekitar kawasan inti IKN yang diharapkan total bisa sampai berjumlah 60 titik.

Kolam retensi dan embung itu diharapkan juga bisa jadi sumber air baku skala kecil memenuhi kebutuhan air bersih IKN.

"Kita tengah menyiapkan kolam retensi dan embung yang jumlahnya sampai 60 lokasi di kawasan ini, sebagai upaya pemenuhan kebutuhan air di IKN," kata Raja Juli Antoni, Plt Wakil Kepala Badan Otorita IKN.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini