News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Ekspor Batik Januari-Juli 2024 Loyo Gegara Pengaruh Global, Kemenperin Singgung Malaysia

Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Seno Tri Sulistiyono
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pemilik Batik Namburan, Evi Rosalina Widyayanti. Beberapa target ekspor yang memiliki budaya dan iklim mirip dengan Indonesia seperti Asia dan Afrika, dianggap sebagai potensi pasar baru.

Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengungkap kinerja ekspor batik Indonesia menurun pada Januari-Juli 2024 dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor batik Indonesia pada Januari-Juli 2024 mencapai 9,45 juta dolar Amerika Serikat (AS), sedangkan impornya tercatat 350 ribu dolar AS.

Pada periode yang sama di tahun 2023, ekspor batik mencapai 10,31 juta dolar AS dengan nilai impor sebesar 600 ribu dolar AS.

Baca juga: Industri Batik Dalam Negeri Serap 200 Ribu Tenaga Kerja, Nilai Ekspor Capai Rp 142 M

Menurut Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin Reni Yanita, penurunan ini disebabkan oleh faktor global.

"Kalau untuk ekspor sih sebenarnya itu pengaruh geopolitik, global juga," katanya kepada wartawan di Jakarta, dikutip Jumat (27/9/2024).

Reni kemudian menyoroti dominasi batik Malaysia yang semakin berkembang. Ia menegaskan pentingnya melestarikan batik sebagai warisan budaya Indonesia.

Sebab, jika tidak dilestarikan, sudah ada negara lain yang siap untuk melindungi serta melestarikannya.

"Karena yang namanya batik kan sebenarnya itu budaya kita, budaya timur. Jangan salah, Malaysia juga sudah banyak lho (batiknya, red). Sudah mulai maju.  Nah itu kita juga harus hati-hati. Itu sebagai awareness untuk kita," ujar Reni.

"Kalau kita tidak sayang, tidak melindungi, tidak melestarikan, itu ada negara lain lho yang siap untuk melestarikan, untuk melindungi, untuk bangga dengan batik," lanjutnya.

Adapun untuk target ekspor tahun ini, Kemenperin membidik angkanya bisa dua kali lipat dari tahun sebelumnya.

Pada 2023, angka ekspor produk batik Indonesia mencapai 17,5 juta dolar AS dan impornya sebesar 800 ribu dolar AS.

Untuk mencapai target tersebut, Reni menjelaskan bahwa Kemenperin tengah mencari pasar non-tradisional sebagai target ekspor.

Beberapa target ekspor yang memiliki budaya dan iklim mirip dengan Indonesia seperti Asia dan Afrika, dianggap sebagai potensi pasar baru.

"Apalagi kalau di Afrika itu kan lebih cenderung senang warna yang terang-terang nih kayak (batik produksi dari) Madura, Papua juga terang begitu kan," ucap Reni.

"Kalimantan Timur juga itunya terang-terang. Nah itu juga mungkin kita harus menyesuaikan dengan selera pasar di sana," pungkasnya. 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini