Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Konflik geopolitik Timur Tengah yang memanas buntut perang rudal antara Iran dan Israel belakangan mengerek naik harga minyak dunia, hingga tembus ke level tertinggi.
Melansir CNN International, harga minyak mentah Brent dipenutupan pasar akhir pekan ini naik 3,72 dolar AS atau 5,03 persen menjadi 77,62 dolar AS per barel, Sabtu (5/10/2024).
Sedangkan, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) terseret naik 3,61 dolar AS atau 5,15 persen menjadi 73,71 dolar AS per barel, mencatatkan harga tertinggi dalam sebulan terakhir.
Baca juga: Harga Minyak Mentah Langsung Melonjak Usai Biden Rencanakan Serang Fasilitas Migas Iran
Perdagangan minyak dunia naik tepat setelah Iran menjatuhkan ratusan rudal ke Israel. Meski reli minyak sempat mereda di awal pekan lalu. Namun risalah Netanyahu yang mengancam akan melakukan serangan balik ke situs minyak Iran kembali memicu kepanikan pasar.
Para investor khawatir apabila eskalasi perang regional akan mengganggu pasokan minyak mentah di Timur Tengah. Mengingat Iran merupakan anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), yang memproduksi minyak utama di kawasan tersebut.
Menurut data dari Badan Informasi Energi AS (EIA), selama setahun terakhir Iran memproduksi sekitar 4,0 juta barel minyak mentah per hari.
Tak hanya itu Iran dinobatkan sebagai produsen minyak mentah terbesar ke-3 di dunia dengan total Produksi minyak Iran sebesar 3,7 juta barel per hari pada Agustus, naik ke level tertinggi dalam enam tahun terakhir.
Alasan ini yang mendorong investor melakukan wait and see hingga harga minyak dunia meroket tajam di awal perdagangan hari ini.
Baca juga: Harga Minyak Dunia Anjlok, WTI Diobral di Bawah 70 Dolar AS Per Barel, Ini Biang Keroknya
“Ada resiko besar bahwa fasilitas energi dan aliran minyak dapat terdampak oleh eskalasi antara Israel dan Iran serta sekutunya,” kata Helima Croft, kepala strategi komoditas global di RBC Capital Markets.
“Respon ini bisa jadi lebih dahsyat dari kenaikan harga minyak di tahun 2019,” imbuh Croft.
Tak hanya pasar global, kekhawatiran serupa juga diungkap Kevin Book, direktur pelaksana di ClearView Energy Partners, ia mengatakan serangan Israel ke fasilitas energi Iran, kemungkinan membuat harga minyak dunia melonjak dari sekitar 74 dolar AS saat ini menjadi 86 dolar AS per barel.
Sementara Analis di konsultan Capital Economics memprediksi harga minyak dunia bisa melonjak mendekati 100 dolar AS per barel apabila eskalasi perang antara Iran dan Israel terus berlanjut.
Menjadi ancaman paling signifikan terhadap pasokan minyak sejak invasi Rusia ke Ukraina, yang mengguncang pasar global.
"Dalam skenario seperti itu, pasar minyak global akan berada di wilayah yang belum pernah dipetakan, dengan harga minyak kemungkinan mengalami lonjakan tajam dan signifikan jauh melampaui rekor tertinggi sebelumnya," menurut catatan analis Capital Economics.