Sebagian besar warga Desa Wadas Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo ini kaya mendadak setelah mendapatkan ganti rugi atas tanahnya Waliyah (45) warga Dusun Randuparang Desa Wadas misalnya. Ia berencana berangkat haji plus setelah mendapatkan uang ganti rugi nantinya.
“Kepindahan saya untuk memudahkan pendaftarkan haji plus. Biar cepat berangkat,” sebutnya.
Di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), pemerintah membangun bendungan Temef yang diresmikan oleh Presiden Jokowi, 2 Oktober 2024 lalu. Bendungan Temef mulai dibangun pada 2017 dengan total biaya Rp2,7 triliun. Memiliki luas genangan mencapai 298 hektar dan mampu menampung hingga 45 juta meter kubik air. Bendungan ini dapat memberikan manfaat besar bagi para petani, terutama untuk irigasi lahan pertanian seluas 4.200 hektare di wilayah tersebut.
Secara khusus Kepala Desa Oeperigi, Kecamatan Noemuti, Yohanes Rusae menyampaikan terima kasih kepada peresiden saat menghadiri peresmian bendungan Temef.
"Kita berterima kasih kepada bapak presiden yang telah dengan ikhlas hati memperhatikan kita,"ujarnya.
Ia mengaku senang dengan pembangunan Bendungan Temef ini. Pasalnya, manfaat besar bakal dirasakan masyarakat di Desa Oeperigi.Pembangunan bendungan ini juga bisa mencegah banjir yang terjadi di Kabupaten TTU dan Kabupaten Malaka. Selain itu juga bendungan ini berfungsi untuk kebutuhan air baku, dan irigasi.
"Saya dan masyarakat sungguh senang karena ke depan ini pasti kita masyarakat di wilayah perbatasan antara Kabupaten TTS dan TTU yang selama ini kekurangan air ke depan kita pasti sungguh-sungguh menikmati pembangunan," ungkapnya.
Menurutnya, selama ini mereka sangat kesulitan air bersih. Masyarakat harus menempuh jalan sejauh 2 kilometer untuk memperoleh air bersih. Wilayah Desa Oeperigi, kata Yohanes, sering terdampak banjir. Mereka hanya bisa mengolah sawah pada musim kemarau saja.
Masyarakat biasanya mulai membuat pematangan sawah pada bulan April. Pasalnya pada musim hujan, bencana banjir biasanya menerjang sawah milik warga.
Pembangunan infrasturktur menjadi sebuah keniscayaan, menjadi sebuah prasyarat bagi sebuah negara maju dalam melakukan pertumbuhan perekonomian, termasuk Indonesia. Menjadi landasan atau pondasi yang sangat penting untuk disiapkan menuju Indonesia Emas 2045.
Hal ini diungkapkan oleh Juru Bicara Kementerian Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Endra Atmawidjaja.
“Apa yang diletakkan dasar-dasarnya oleh pak Presiden Joko Widodo dan juga tentunya oleh presiden sebelumnya yang akan dilanjutkan oleh presiden berikutnya adalah pondasi bangsa menuju Indonesia Emas 2045. Kalua kita melihat yang kita lakukan ini sebetulnya bukan untuk gagah-gagahan,” ujarnya, Senin (2/9/2024).
“Bukan untuk kita melakukan sebuah ambisi besar tapi pada awal Kabinet Kerja 2014 betul-betul yang kita lakukan membangun infrastruktur adalah untuk mengejar ketertinggalan, jadi kita tampak membangun banyak tapi sebetulnya kita belum cukup banyak kalau kita bandingkan dengan negara lain yang memang sudah berada dalam kategori negara maju. Kita membangun banyak tapi belum cukup, kita bisa masuk dalam kategori negara maju,” lanjutnya.
Endra memastikan, Indonesia masih perlu membangun lebih banyak lagi infrastruktur. Ia mencontohkan, dalam mengatasi ketahanan pangan dan ketahanan air, dalam kurun waktu 2014-2014-2024 sudah 61 bendungan dibangun dan sampai sekarang sudah selesai 45 bendungan. Yang terakhir Bendungan Leuwikeris di Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat dan Margatiga di Provinsi Lampung.