Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki mengungkap 97 persen tenaga kerja RI bekerja di sektor usaha mikro informal dan berpendapatan di bawah upah minimun.
Hal itu Teten ungkap dalam acara 15th Kompas 100 CEO Forum yang berlangsung di Ibu Kota Nusantara (IKN).
"Saat ini, mayoritas pelaku usaha di Tanah Air adalah usaha mikro dan kecil (lebih dari 99 persen). Sebanyak 97% tenaga kerja bekerja di sektor usaha mikro informal dan berpendapatan di bawah UMR," kata Teten dikutip keterangan tertulis pada Sabtu (12/10/2024).
Dengan struktur tersebut, menurut Teten, berpotensi menyulitkan Indonesia untuk keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah (middle income trap).
Baca juga: Menteri Teten Masduki Ajak Kampus Jadi Pabrik Wirausaha untuk Mewujudkan Indonesia Emas 2045
Tak hanya itu, Indonesia juga dinilai akan sulit mencapai target pendapatan per kapita 30.300 dolar AS pada tahun 2045.
"UMKM tidak boleh hanya dijadikan bumper ekonomi pada saat krisis dan diposisikan sebagai ekonomi subsisten, melainkan harus mengambil bagian dalam pertumbuhan ekonomi," ujar Teten.
Maka dari itu, Teten menyebut perlunya upaya konkret yang perlu dilakukan. Ia menawarkan dua pendekatan.
Pendekatan pertama, intervensi teknologi dengan memanfaatkan potensi kekayaan sumber daya alam Indonesia.
Sebagaimana arahan Presiden Jokowi terkait hilirisasi, Teten mengatakan pihaknya sudah membangun Rumah Produksi Bersama (RPB) di berbagai daerah untuk mengolah kekayaan alam Indonesia agar memiliki nilai tambah.
"Ini menjadi potensial untuk bagaimana membangun industri menengah berbasis keunggulan domestik," ucap Teten.
Pendekatan kedua, kata Teten, mempersiapkan lebih banyak lagi wirausaha produktif, sehingga melahirkan lagi ekonomi baru yang lebih produktif.
"Ini yang kami sedang siapkan dengan program EntrepreneurHub dan kolaborasi dengan banyak pihak," ujarnya.
Mantan Kepala Staf Kepresidenan itu juga menegaskan pentingnya pembiayaan bagi pelaku UMKM.
Hal itu disebabkan saat ini pembiayaan masih menjadi kendala bagi pelaku UMKM.
"Pembiayaan harus kita reform supaya betul - betul bisa melahirkan industri kecil menengah, sehingga bisa menciptakan lapangan kerja berkualitas,“ pungkas Teten.