News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Harga Cabai

Harga Cabai Merah Keriting di Tingkat Petani Terjun Bebas, Ini Penyebabnya

Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Seno Tri Sulistiyono
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi. Menurut catatan Badan Pangan Nasional (Bapanas), saat ini rata-rata harganya sebesar Rp15.700, jauh di bawah Harga Acuan Penjualan (HAP) yang ditetapkan Rp 22.000-29.000.

Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Harga cabai merah keriting di tingkat produsen atau petani mengalami penurunan drastis.

Menurut catatan Badan Pangan Nasional (Bapanas), saat ini rata-rata harganya sebesar Rp15.700, jauh di bawah Harga Acuan Penjualan (HAP) yang ditetapkan Rp 22.000-29.000.

Deputi Ketersediaan dan Stabilitas Pangan Bapanas I Gusti Ketut Astawa menilai kondisi ini memerlukan perhatian serius.

"Ini mesti kita lakukan intervensi. Memang dampaknya nanti akan terjadi kenaikan (harga di tingkat konsumen, red), tapi itu harapan kita memang untuk mencapai kestabilan harga di tingkat produsen juga," katanya dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah Tahun 2024, Senin (14/10/2024).

Baca juga: Harga Pangan Hari Ini: Cabai Merosot, Daging Ayam Naik Jadi Rp 36.100 per Kg

Ketut mengungkapkan bahwa beberapa daerah seperti Blitar, Kediri, Sleman, Kulon Progo, Bantul, Temanggung, Tulungagung, Garut, Trenggalek, dan Grobogan memiliki harga cabai merah keriting yang sangat rendah di tingkat produsen.

Berdasarkan paparannya, tiga daerah teratas yang harga cabai merah keriting di tingkat produsennya sangat rendah adalah Blitar dengan rata-rata harga Rp 6.400, yang mana angkanya 70,91 persen di bawah HAP sebesar Rp 22.000.

Kedua, ada Kediri yang rata-rata harganya sebesar Rp 6.429, 70,87 persen di bawah HAP. Ketiga, ada Sleman yang rata-rata harganya sebesar Rp 6.683, 68,92 persen di bawah HAP.

Adapun penyebab dari rendahnya harga cabai merah keriting di produsen, sebagaimana dicantumkan Ketut dalam paparannya, adalah peningkatkan produksi.

Peningkatan produksi disebabkan oleh luas tanam yang bertambah, normalnya 2.000 Ha, namun saat ini 3,500 Ha.

Lalu, produksi juga didukung cuaca yang bagus, sehingga panen melimpah (oversupply).

Diperkirakan, produksi akan melimpah sampai dengan bulan Desember dengan kapasitas higga 20.000 ton untuk cabai merah keriting dan 30.000 ton untuk cabai rawit merah.

"Ini relatif sangat rendah di tingkat produsennya. Ini memang menjadi target kami agar harga di tingkat produsen menjadi harga yang nyaman," ujar Ketut.

Ketut menekankan pentingnya intervensi untuk meningkatkan harga.

Salah satu langkah yang diambil adalah mendorong pemerintah daerah (pemda) untuk melakukan penyerapan cabai di wilayah masing-masing.

"Kami sudah berkirim surat kepada seluruh provinsi maupun kabupaten kota untuk melakukan penyerapan-penyerapan cabai di wilayah masing-masing," ucap Ketut.

Ia mengatakan, dengan menghadirkan pasar di kantor pemda, penyerapan cabai bisa dilakukan secara langsung.

"Kalau langsung dari petani men-supply, hal ini bisa kita lakukan efisiensi terkait dengan jalurnya, sehingga harga di tingkat petani cenderung akan bisa kita naikkan secara perlahan," tutur Ketut.

Lalu, Bapanas juga melakukan Fasilitasi Distribusi Pangan (FDP) untuk cabai merah keriting.

Beberapa FDP yang telah dilakukan per 11 Oktober 2024 adalah dari dari Sulawesi Utara ke Kepulauan Riau, Kabupaten Benar Meriah ke Kabupaten Aceh Besar, Yogyakarta ke Sumatera Barat, Sumatera Utara ke Banda Aceh, dan Champion Cabai ke Jakarta.

Dalam program ini, biaya distribusi disubsidi untuk membantu meningkatkan harga di tingkat petani.

"Ini kita lakukan FDP, mungkin tidak banyak, tapi minimal kita sudah men-trigger untuk mendorong harga kembali mendekati harga acuan yang kita tetapkan," pungkas Ketut.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini