TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggur Shine Muscat asal China saat ini ramai jadi perbincangan hangat di media sosial. Hal ini karena ditemukan residu kimia melebihi batas aman yang ditetapkan.
Temuan ini merupakan hasil pengujian Jaringan Peringatan Pestisida Thailand (Thai-PAN) bersama Dewan Konsumen Thailand (TCC) dan Badan Pengawas Obat dan Makanan Thailand (FDA). Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Taruna Ikrar menyatakan belum ada temuan atau laporan terkait temuan residu pestisida pada anggur Shine Muscat di pasar Indonesia.
Di pasaran, Tribun juga masih melihat anggur Shine Muscat masih dijual di supermarket atau perusahaan ritel lainnya. Lantas bagaimana pandangan pembeli dan penyuka anggur terkait pemberitaan ini?
Baca juga: Malaysia dan Thailand Selidiki Peredaran Anggur Muscat Beracun dari China di Negaranya
Seorang ibu rumah tangga (IRT) Rosita mengaku cukup terkejut saat munculnya pemberitaan terkait ditemukan residu pestisida di dalam anggur Shine Muscat ini. Apalagi Rosita bersama keluarga merupakan penyuka anggur jenis Shine Muscat.
Ia sempat heran karena belakangan anggur Shine Muscat dijual dengan harga diskon di swalayan tempat dirinya sering berbelanja. Bahkan tidak lama sebelum pemberitaan ramai, dirinya masih mencicipi buah anggur tersebut.
Rosita mengaku memang ada rasa khawatir dari pemberitaan tersebut. Di sisi lain, ia merasa kesulitan karena anak dan suami lebih menggemari anggur jenis Shine Muscat ini.
"Kekhawatiran ada, tapi kayanya khusus yang Shine Muscat hijau agak sulit ditolak buat tetap dimakan. Apalagi anak pertama pilih-pilih makan buah. Dia beneran suka Shine Muscat," ujarnya saat diwawancarai Tribun, Rabu (30/10).
Sisi lain, ia juga belum mendapatkan informasi pasti terkait apakah residu kimia ini juga ditemukan pada anggur Shine Muscat yang ada di Indonesia.
"Selain itu belum ada informasi di Indonesia apakah masih dalam batas wajar. Secara standar kita sama Malaysia kan (mungkin) lain ya," ujarnya.
Tidak hanya itu, Rosita juga merasa informasi terkait anggur Shine Muscat ini juga masih simpang siur. Apalagi di pasaran, menurutnya ada juga anggur Shine Muscat yang berasal dari industri rumahan.
Baca juga: Anggur Shine Muscat yang Terkontaminasi Pestisida Ada Masuk ke Indonesia? Ini Kata Badan Karantina
"Berharap banget ini berita spesifik terkait bahaya dan mengandung residu bahan kimia di atas batas wajar itu merek apa, terus yang ukuran apa dan dari mana," ujar Rosita.
Kekhawatiran yang sama pun turut dirasakan oleh Caca, salah seorang karyawan swasta di Jakarta Selatan. Caca berharap pemerintah melakukan tindakan terkait hal ini.
"Khawatir tentu ada ya. Tapi lebih khawatir lagi kalau tidak ada tindakan apa pun dari pemerintah atau pihak berwenang," kata Caca.
Menurutnya, minimal pemerintah melakukan pemeriksaan atau pemantauan secara ketat terkait masuknya anggur Shine Muscat ini.
"Kalaupun nanti anggurnya engga ada residu yang bahaya, kan kita jadi lebih aman dan nyaman. Apalagi sekarang lagi musim banget ya, di Indonesia juga melimpah. Beberapa hari ini harga anggur juga jadi lebih murah," kata Caca lagi.
Selain itu, kalau pemerintah tidak mengeluarkan kebijakan yang tegas, Caca juga mengkhawatirkan kerugian dari pedagang yang sudah membeli stok banyak. "Orang pada enggak beli, terus karena stok yang melimpah tadi, anggurnya pada busuk. Kan rugi pedagangnya. Ekonomi lagi sulit," lanjutnya.
Dirinya pun berharap anggur Shine Muscat yang ada di Indonesia tidak mengandung residu berbahaya. Selain itu ia menyarankan pemerintah juga mengeluarkan kebijakan untuk menguji keamanan dari anggur Shine Muscat yang ada di Indonesia.
"Cepat-cepat deh diuji dan diumumin hasilnya. Serem banget kalo beneran ada residu bahaya, terus terlanjur dikonsumsi secara meluas bisa memicu penyakit hati dan kanker," tutupnya.
Tanggapan DPR
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dicecar Komisi IX DPR soal temuan anggur shine muscat yang diduga mengandung zat berbahaya. Hal itu disampaikan anggota Komisi IX DPR Irma Suryani dalam rapat kerja antara Komisi IX DPR dan BPOM.
Kepala BPOM Taruna Ikrar menyampaikan pihaknya segera melakukan koordinasi dengan Kementerian Pertanian (Kementan).
"Anggur ini seharusnya kan itu hubungannya dengan Kementerian Pertanian. Kan ada disitu kan barang karantinanya, ya masuk. Nah, tetapi, tentu, karena badan POM punya Tupoksi pengawasan obat dan makanan, ini bagian dari makanan, maka kami tadi ditegur," kata Taruna.
Untuk dijetahui kabar anggur Shine Muscat di Thailand mengandung kontaminasi sekitar 50 zat kimia berbahaya. Kendati demikian, Taruna mengatakan belum ada temuan atau laporan terkait temuan residu pestisida pada anggur shine muscat di pasar Indon
esia.
"Kami akan berkoordinasi secara ketat dengan badan karantina di Departemen Pertanian, karena ini kan masuknya ke negeri kita lewat itu. Sekaligus, badan POM akan menjalankan tahapan berikutnya, yaitu melakukan sampling ke beberapa toko-toko atau pasar-pasar yang bisa berdampak kepada masyarakat," ujarnya.
"Kenapa bermasalah? Kasus ini kita sudah dengar, karena katanya mengandung bahan kimia, residu pestisida. Kita tahu residu pestisida kan macam-macam, bisa menyebabkan kanker, bisa menyebabkan kerusakan hati, bisa berbagai macam penyakit tambahan, dan tentu itu menjadi konsen kami," tambahnya.
Badan Karantina Indonesia buka suara terkait temuan anggur shine muscat di Thailand yang diduga mengandung pestisida. Kepala Badan Karantina Indonesia, Sahat M. Panggabean, melakukan sidak ke tempat pemeriksaan karantina (TPK) di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Jawa Timur.
“Kami memastikan bahwa setiap komoditas yang masuk melalui pintu-pintu pemasukan sudah melalui pengawasan yang ketat, serta memenuhi persyaratan karantina tumbuhan termasuk standar keamanan pangan sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2019 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan,” ujar Sahat M. Panggabean.
Pihaknya menekankan, pengawasan keamanan pangan segar asal tumbuhan terhadap pemasukan komoditas tersebut telah dilakukan melalui sistem karantina yang terintegrasi yaitu prior notice. Melalui sistem ini, dokumen terkait komoditas telah diperoleh sebelum barangnya sampai di pelabuhan.
“Ini merupakan bagian dari sistem pre-border yang terus kami tingkatkan,” jelas Sahat.
Sahat mengatakan, setiap pelaku usaha di negara asal wajib mengirimkan dokumen pendukung dimana komoditi telah dipastikan aman dan memenuhi aspek biosecurity protection.
Selain sistem Prior Notice, setiap komoditas yang masuk akan melalui pengecekan ketat untuk memastikan kepatuhan terhadap standar karantina dan keamanan pangan.
“Prosedur ini tidak hanya memastikan keamanan pangan, tetapi juga meminimalisir risiko masuknya OTPK yang bisa berdampak pada kelestarian tanaman lokal dan keseimbangan ekosistem," tambah Sahat.
Sahat melanjutkan bahwa komoditas tumbuhan yang masuk sudah melalui proses Analisis Risiko Organisme Pengganggu Tumbuhan (AROPT) untuk menentukan manajemen risiko yang tepat dalam mencegah masuknya OPTK yang mungkin terbawa pada komoditas.
Selain itu, penilaian risiko aspek keamanan pangan juga dilakukan dan hasilnya telah diterapkan dalam bentuk pengawasan keamanan pangan segar asal tumbuhan, baik melalui mekanisme rekognisi/pengakuan sistem keamanan pangan negara asal maupun registrasi laboratorium penguji keamanan pangan di negara asal.
Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono mengatakan, pihaknya tengah mengecek keamanan produk Anggur Muscat yang dinilai mengandung residu kimia.
"Jadi kita ju kira Dirjen hortinya, saya sudah minta, ya kan lagi viral," kata Sudaryono.
Terlebih lagi, Sudaryono mengaku kerap mengonsumsi anggur Muscat tersebut bahkan selalu tersedia di kantornya. "Kita lagi cek. Termasuk aku juga suka makan," ucap Sudaryono.
"Termasuk di ruangan saya, jujur aja aku minum itu, makan itu juga. Nah ini aku cek dulu ya. Yang warna hijau itu kan? Iya, iya," sambungnya.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) turut merespons isu anggur Shine Muscat di Thailand dan Malaysia yang diduga terkontminasi residu pestisida.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Aji Muhawarman menuturkan, pihaknya akan berkoordinasi dengan Badan Karantina Indonesia dan Kementerian Pertanian sebagai pengawas komoditi pangan segar dari dalam dan luar negeri.
Lebih lanjut ia menuturkan, bahaya residu pestisida untuk kesehatan manusia bahwa tiap jenis pestisida memiliki risiko kesehatan yang berbeda terhadap manusia.
"Tergantung pada senyawa kimia dalam pestisida tersebut, jumlah asupan (residu yang ada dalam bahan makanan) dan lama paparan," kata dia.
Ia memaparkan, dampak kesehatan akibat paparan pestisida dalam jangka waktu lama dan dosis yang cukup. Pestisida dengan efek sistemik yaitu diserap oleh tanaman dan beredar melalui jaringan tanaman, sehingga residunya dapat bertahan di dalam buah atau bagian tanaman lainnya, bahkan setelah dicuci.
Paparan jangka panjang dengan asupan yang cukup atau jumlah pestisida yang masuk ke tubuh dapat menimbulkan gangguan kesehatan diantaranya gangguan kinerja endokrin dan gangguan fungsi hati dan ginjal.
Pestisida non sistemik atau bekerja di permukaan tanaman, sehingga residunya cenderung menempel di luar dan lebih mudah dihilangkan melalui pencucian, bisa berdampak jangka panjang dengan asupan yang cukup (jumlah pestisida yang masuk ke tubuh) dapat menimbulkan gangguan kesehatan diantaranya gangguan neurologis dan gangguan hormon
Karena itu harus selalu memperhatikan cara mengolah sayur dan buah-buahan.
Mencuci buah dengan seksama dengan air mengalir atau merendam dengan larutan tertentu, seperti larutan garam atau cuka, untuk mengurangi residu pestisida.
Memilih produk buah yang organik yang tidak menggunakan pestisida, memilih buah yang bisa dikupas untuk dikonsumsi. Serta memeriksa label untuk melihat negara asal dan informasi terkait sertifikasi keamanan pangan yang mungkin memberikan penjelasan tentang kualitas pengelolaan pestisida yang dilakukan oleh perusahaan penghasil buah tersebut.(Tribun Network/ais/bel/rin/wly)