TRIBUNNEWS.COM - Isu temuan residu pestisida beracun pada anggur Shine Muscat asal China menyebabkan kerugian bagi para pedagang buah di Thailand.
Seperti yang diketahui sebelumnya, Jaringan Peringatan Pestisida Thailand (Thai-Pan) dan Yayasan Konsumen Thailand (TCC) mengumumkan pada Kamis (24/10/2024) bahwa mereka menemukan senyawa beracun pada sejumlah anggur Shine Muscat yang diimpor dari China.
Hasil uji laboratorium oleh Thai-Pan menunjukkan bahwa 23 dari 24 sampel anggur Shine Muscat yang diambil dari toko ritel, pedagang, dan pasar tradisional terkontaminasi bahan kimia berbahaya.
Salah satu sampel anggur asal Tiongkok tersebut bahkan mengandung klorpirifos, bahan kimia yang sudah dilarang di Thailand.
Senyawa beracun lainnya yang ditemukan di antaranya Bifenazate, Dinotefuran, Fluopyram, Boscalid, Fluopicolide, Pyrimethanil, Ametoctradin, Tetrakonazole, Ethirimol, Metrafenone, Fludioxonil, Bupirimate, Isopyrazam, Oxathiapiprolin, Biphenyl, dan Cyazofamid.
Akibat informasi ini, buah yang sebelumnya sangat diminati karena rasanya yang enak kini justru dihindari oleh pembeli.
Pedagang yang sebelumnya menimbun stok banyak buah tersebut kini dihadapkan sebuah dilema besar.
Apakah mereka memilih membuangnya atau menjualnya dengan harga yang jauh di bawah standar mereka selama ini?
Pilihan kedua nampaknya jadi opsi terakhir yang dipilih oleh sejumlah pedagang buah di Thailand.
Fenomena anjloknya harga Shine Muscat di Thailand ini juga menjadi perbincangan hangat bagi warganet penggiat Tiktok.
Seperti yang dikutip dari tayangan Channel 3, pengguna TikTok @teeteego3331 memposting video orang-orang berbondong-bondong membeli anggur Shine Muscat yang dijajakan di pinggir jalanan Bangkok.
Baca juga: Viral Kasus Anggur Shine Muscat, Ahli Biologi Thailand Nilai Masyarakat Panik Berlebihan
Buah Shine Muscat yang dijual dengan berat sekitar 200 gram per pack tersebut dibanderol dengan harga hanya 10 baht atau Rp 4.650 per bungkus pada hari Selasa (29/10/2024).
Di unggahan tersebut tampak sang penjual menambahkan keterangan "jual rugi besar" pada dagangannya.
Channel 3 kemudian membandingkannya dengan unggahan pengguna TikTok @jum04467 yang viral pada sekitar 30 Agustus dan 6 September lalu.