Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Produsen pesawat terbang asal Amerika Serikat (AS), Boeing mengajukan penawaran menarik berupa kenaikan gaji sebesar 38 persen bagi para pekerjanya.
Dalam keterangan resminya Boeing menjelaskan kenaikan gaji sebesar 38 persen akan berlangsung selama empat tahun kedepan.
Tak sampai disitu perusahaan juga berjanji memberikan bonus ratifikasi sebesar 12.000 dolar AS dan pemulihan skema bonus tahunan yang tidak termasuk dalam proposal sebelumnya.
“Bagi pekerja yang mogok akan diberikan tawaran kontrak yang mencakup kenaikan gaji sebesar 38 persen dan bonus ratifikasi,” jelas pengumuman Boeing sebagaimana dikutip dari Al Jazeera.
Baca juga: Cegah Kebangkrutan, Boeing Galang Pendanaan 25 Miliar Dolar AS Melalui Obral Saham dan Utang Bank
Tawaran ini diajukan oleh perusahaan untuk menekan aksi mogok kerja massal yang belakangan dilakukan oleh 33 ribu pekerja Boeing yang berada di pabrik Pantai Barat AS
Pemogokan kerja yang digelar sejak pertengahan September kemarin dilakukan para karyawan Boeing sebagai bentuk protes pada perusahaan agar meningkatkan tawaran upah para staf dan mengembalikan dana pensiun yang telah dicabut satu dekade lalu.
Pekerja menginginkan kesepakatan tersebut sebagai imbalan untuk mempertahankan produksi pesawat di Negara Bagian Washington. Namun perselisihan tersebut tak kunjung mendapatkan jalan keluar.
Imbas masalah ini saham Boeing anjlok tajam hingga lembaga pemeringkat kredit Global, Moody's memangkas peringkat utang jangka panjang Boeing menjadi Baa3, peringkat investasi terendah dalam sejarah perusahaan.
Boeing Mandek Produksi
Selain itu, dampak aksi mogok massal juga berbuntut pada mandeknya produksi pesawat 737 Max, 767, dan 777. CEO Boeing Ryanair Michael O'Leary menuturkan kemungkinan penghentian produksi akan berlangsung selama tiga hingga empat minggu.
Berdampak pada tertundanya pengiriman selama dua minggu, sementara pengiriman pertama jet 777X-nya akan di stop selama setahun setelah pemogokan tersebut berlangsung.
Lebih lanjut Boeing mengungkap bahwa pihaknya bakal mengakhiri program pesawat angkut 767 pada tahun 2027 setelah menyelesaikan dan mengirimkan sisa 29 pesawat yang dipesan, tetapi disebutkan produksi Pesawat Tanker KC-46A akan terus berlanjut.
“Sebanyak 10 pengiriman jet yang diharapkan dalam enam bulan pertama tahun depan dapat tertunda hingga paruh kedua,” ujar O'Leary, mengutip dari Bloomberg.
"Kami memiliki dua pesawat yang siap untuk dikirim di Seattle, yang sekarang tidak akan dikirim karena pemogokan dimulai pada Jumat lalu dan mereka semua melakukan aksi mogok," imbuhnya.
Alasan ini yang membuat perusahaan mengalami pembengkakan kerugian, analis Jefferies Sheila Kahyaoglu memperkirakan bahwa Boeing merugi sebesar 1,3 miliar dolar AS miliar selama pemogokan berlangsung.
Boeing Obral Saham
Untuk menekan kerugian akibat aksi mogok, Boeing Co. mengumumkan rencana penjualan saham senilai 19 miliar dolar AS untuk memenuhi kebutuhan likuiditas perusahaan yang bermasalah buntut lonjakan utang yang menggunung.
Penjualan saham senilai 19 miliar dolar AS itu disebut sebagai salah satu penjualan saham terbesar yang pernah dilakukan perusahaan publik.
Nantinya Boeing akan menawarkan 90 juta lembar saham biasa dan surat berharga wajib senilai 5 miliar dolar AS yang dapat dikonversi.
Namun jika penawaran utama kelebihan permintaan, Boeing akan menerbitkan 13,5 juta saham lebih banyak dan dapat meningkatkan penawaran konversi wajib sebesar 750 juta dolar AS.
Lewat penjualan Boeing diperkirakan bisa meraup tambahan dana sebesar 13,95 miliar dolar AS dari penawaran saham biasa dan tambahan 2,1 miliar dolar AS jika penawaran tersebut kelebihan permintaan. Selain itu, Boeing juga dapat mendapat 5,75 miliar dolar AS dari penawaran wajib konversi.
Rencananya, Boeing akan menggunakan dana tersebut untuk keperluan umum perusahaan pasca mencatatkan kerugian operasional inti lebih dari 33 miliar dolar AS akibat aksi mogok kerja massal yang membuat merosotnya produksi produk pesawat terlarisnya mereka.