“Kondisi ini memaksa kita untuk berpikir lebih maju. Budidaya tuna bisa menjadi solusi untuk mengatasi kendala yang dihadapi oleh sektor perikanan tangkap,” tambahnya.
Menurut dia, budidaya tuna memerlukan persiapan dan teknologi yang matang. Negara-negara seperti Jepang, Australia, dan Turki telah sukses menjalankan budidaya tuna dengan teknologi canggih. Indonesia, yang memiliki potensi laut yang luas, perlu melakukan transfer teknologi untuk memastikan keberhasilan.
Sebelumnya, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengambil langkah strategis untuk meningkatkan pengelolaan ikan tuna sebagai komoditas utama perikanan nasional.
Melalui inovasi teknologi budidaya tuna (tuna farming), pemerintah bertujuan untuk memastikan keberlanjutan sumber daya laut sekaligus meningkatkan kesejahteraan nelayan dan masyarakat pesisir.
Salah satu terobosan yang sedang diuji coba adalah teknologi budidaya tuna di keramba jaring apung, yang telah sukses diterapkan di negara seperti Turki.
Model ini melibatkan penangkapan tuna kecil di alam untuk kemudian dibesarkan hingga ukuran matang di keramba apung.
Uji coba dilakukan di Zona 02 yang mencakup WPPNRI 716 dan 717, dengan pusat di Biak. Teknologi ini tidak hanya akan membantu menjaga keberlanjutan stok tuna di alam.
Tetapi juga memberikan penghasilan yang lebih stabil bagi nelayan tradisional, yang dapat berperan sebagai penyedia tuna kecil atau tenaga kerja dalam pengelolaan keramba.