Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perjanjian dagang Indonesia Canada-Comprehensive Economic Partnership Agreement (ICA-CEPA) akan diimplementasikan pada 2026.
Hal itu diungkap oleh Menteri Perdagangan Budi Santoso usai bertemu dengan Menteri Promosi Ekspor, Perdagangan Internasional dan Pengembangan Ekonomi Kanada Mary Ng.
Pertemuan tersebut terjadi di Hotel Mulia, Jakarta Pusat. Mary Ng sendiri tengah berada di Jakarta dalam rangka memimpin Misi Perdagangan Tim Kanada yang berisikan 300 perwakilan lebih dari 190 perusahaan dan organisasi.
CEPA merupakan perjanjian kerja sama ekonomi yang komprehensif yang tidak hanya mengatur pengurangan tarif, melainkan juga menyangkut akses pasar, pengembangan kapasitas dan fasilitasi perdagangan, serta investasi.
Baca juga: Banyak Perjanjian Dagang Masih Berproses, RI Ingin Hasil yang Menguntungkan, Tak Sebatas Dokumen
Budi mengungkap perundingan Indonesia-Canada CEPA telah selesai secara substantif, sebagaimana telah diumumkan oleh kedua kepala negara di sela-sela KTT APEC pada 15 November 2024 di Lima, Peru.
"Kedua negara sepakat perjanjian dapat penandatanganan pada pertengahan 2025 dengan perkiraan waktu implementasi pada tahun 2026," kata Budi dalam konferensi pers di lokasi pertemuan, Senin (2/12/2024).
Budi mengatakan bahwa dirinya bersama Mary NG telah menandatangani Joint Ministerial Statement atas Penyelesaian ICA-CEPA.
Dua nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) yang ditandatangani itu meliputi kerja sama dalam bidang mineral kritis serta sanitasi dan fitosanitasi.
Budi pun menjelaskan bahwa manfaat yang dapat diperoleh dari ICA-CEPA pertama datang dari sisi perdagangan barang.
Indonesia disebut bisa mendapatkan liberalisasi akses pasar Kanada sebesar 90,5 persen pos tarif dengan nilai perdagangan sebesar 1,4 miliar dolar AS.
Beberapa produk prioritas Indonesia yang mendapat akses pasar dari Kanada adalah tekstil, kertas dan turunannya, kayu dan turunannya, makanan olahan, sarang burung walet, dan kelapa sawit.
Berikutnya, Indonesia akan memperoleh manfaat dari sisi perdagangan jasa.
"Menjamin preferensial treatment bagi penyedia jasa Indonesia, termasuk sektor jasa seperti jasa bisnis, telekomunikasi, konstruksi, pariwisata, dan transportasi," ujar Budi.
Ketiga adalah investasi. Budi menjelaskan bahwa ICA-CEPA akan membuk akses pasar di sektor manufaktur, pertanian, perikanan, kehutanan, pertambangan, dan penggalian, serta infrastruktur energi.
Manfaat keempat adalah yang berkaitan dengan komitmen lainnya.
Contohnya seperti hak kekayaan intelektual, praktik regulasi yang baik, e-commerce, persaingan usaha, usaha kecil menengah, pemberdayaan ekonomi perempuan, lingkungan, dan ketenagakerjaan.
Sebagai informasi, Kanada merupakan negara tujuan ekspor nonmigas ke-28 dan negara asal impor ke-16 bagi Indonesia.
Total nilai perdagangan Indonesia-Kanada dalam lima tahun terakhir (2019–2023) meningkat sebesar 11,24 persen dengan nilai perdagangan pada 2023 sebesar USD 3,4 miliar.
Sementara itu, total nilai perdagangan Indonesia-Kanada pada periode Januari–September 2024 adalah sebesar USD 2,6 miliar, meningkat 4,07 persen dibandingkan dengan periode yang sama di 2023.
Pada 2023, produk-produk ekspor unggulan Indonesia ke Kanada meliputi perangkat telepon, limbah (waste and scrap), karet alam, dan peti atau koper.
Sementara itu, produk-produk impor Indonesia dari Kanada meliputi gandum (wheat dan meslin), pupuk mineral dan kimia, kacang kedelai, bubur kertas kimiawi, dan bubur kayu.