TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Bank Neo Commerce Tbk (BNC) makin menunjukkan kinerja positif di industri perbankan digital Tanah Air di penghujung tahun 2024 ini.
Hinggakuartal III-2024 BNC membukukan laba sebesar Rp 4,06 miliar melalui berbagai upaya efisiensi termasuk menurunkan cost of fund (biaya dana) secara konsisten.
Direktur Utama BNC Eri Budiono mengatakan perseroan terus melakukan berbagai strategi efisiensi operasional dan inovasi produk perbankan digital dengan tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaan bisnis.
"Kinerja ini membuktikan bahwa strategi efisiensi yang kami terapkan memberikan hasil nyata,” kata Eri Budiono di acara public ecpose Bank BNC di Jakarta, Kamis (19/12/2024).
Baca juga: Akuntabilitas Meningkat, BNC Fokus Kejar Laba di 2024
Eri Budiono menjelaskan, pencapian laba di kuartal III 2024 ditopang oleh menurunnyabeban operasional dan pertumbuhan signifikan pada kredit korporasi.
Hingga kuartal III 2024 realisasi penyaluran kredit korporasi BNC naik 88,01 persen secara tahunan mencapai Rp 2,31 triliun dibandingkan periode yang sama di 2023 sebesar Rp 1,23 triliun.
Perseroan berhasil menurunkan Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) menjadi 99,88 persen dari sebelumnya 116,91 persen di kuartal III 2023.
"Sampai September performa kita positif. Kita jaga cost dan kualitas aset. Cost terbesar adalah biaya hapus buku. Tapi kita berhasil menurunkan biaya hapus buku dari kurtal I ke kuartal III," ujar Eri Budiono.
Eri menjelaskan, sumber likuiditas BNC saat ini bersumber dari dana pihak ketiga.
"Rasio likuiditas kita sangat strong dan perbaikan portofolio yang kita jalankan mudah-mudahan mendorong profitability. Kita harapkan di akhir 2024 kita bisa cetak profit," sebutnya.
Sementara, penyalurkan kredit per kuartal III 2024 mencapai Rp 9,26 triliun atau turun 15,54 persen dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.
Perseroan berupaya menjaga kualitas aset dengan rasio kredit bermasalah atau NPL nett di level 0,99 persen dan NPL gross sebesar 3,72 persen.
Di sisi penyaluran pinjaman, BNC melalui Neo Pinjam membukukan kenaikan penyaluran kredit 152,32 persen di kuartal III 2024, yakni dari Rp 86 miliar menjadi Rp 217 miliar.
Kenaikan ini membuat portofolio produk pinjaman digital BNC semakin kuat di masyarakat, terutama pada segmen perorangan dan UMKM.
Rasio kecukupan modal perseroan (CAR) mencapai 34,18 persen di kuartal III 2024, naik dari 26,35 persen dibanding September 2023. Sementara penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) mencapai Rp 14,14 triliun, turun 7,59 persen dibanding periode yang sama di 2023 sebesar Rp 15,30 triliun.
Terapkan Strategi Customer Centric
Direktur Bisnis BNC Aditya Windarwo mengatakan, BNC saat ini menjadi bank digital terbanyak dari sisi jumlah registered users di aplikasi yang mencapai 26 juta, mayoritas adalah pengguna usia muda.
"Bisnis Kita customer centric dengan berusaha selalu dekaat ke nasabah dengan mengoptimalkan layanan perbankan kami, baik melalui aplikasi maupun cabang offline," sebutnya.
Sementara itu, segmen nasabah yang kini fokus digarap adalah menengah ke bawah.
"KIta bergerak di segmen middle low agar masyarakat lebih melek perbankan melalui transaksi non tunai ditandai dengan tren kenaikan transaksi QRIS dari tahun ke tahun," kata Aditya.
Aditya mengatakan, nasabah bank digital di segmen anak muda memiliki karakter loyalty-nya yang rendah karena mereka mudah pindah tke bank lain jika ada iming-iming baru yang lebih menarik.
"Ke depan kita akan fokus kejar dana murah dan menurunkan cost of fund," sebutnya.
Terkait pemberlakukan PPN 12 persen oleh pemerintah mulai Januari 2024, Aditya menyatakan, Pemerintah berusaha mengkompensasi kenaikan PPN 12 persen dengan beragam stimulus.
"Tapi menurut saya itu belum selesai. Kta harus lihat seberapa efektif setelah nanti dijalankan," kata dia.
Lalu apa ampaknya ke perbankan? "Kita akan berkompetisi lebih ketat lagi dengan perbankan konvensional," ujarnya.
"Kondisi ekonomi dan geopolitik saat ini dan ke depan sangat kompleks. Tantangan di 2025 nanti juga akan berbeda. Tapi stimulis ini akan mendorong perbankan lebih tenang dalam melewati tantangan di 2025," sebut Aditya Windarwo.