Produk LNG ini ditawarkan PGN kepada para pelanggan industri jika penggunaan gas pipa yang jumlahnya semakin terbatas telah melebihi kuota yang telah ditetapkan.
Maka LNG menjadi kebutuhan sekaligus solusi untuk menjaga industri tetap bisa produktif di tengah terbatasnya pasokan energi melalui pipa.
Badan Usaha seperti PGN ini yang dapat menjadi buffer atas risiko-risiko yang mungkin timbul dibandingkan apabila pelaku industri melaksanakan impor LNG sendiri seperti risiko investasi infrastruktur, risiko komersial dalam pelaksanaan kontrak dan sebagainya.
Komaidi juga membantah anggapan bahwa penetapan harga gas bumi terutama LNG di Indonesia tidak transparan. ”Harga transparan, sudah pakai acuan harga internasional. Kecuali pemerintah berikan subsidi baru bisa turun,” ujarnya.
Sebelumnya, Ketua Umum Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen Indonesia, Redma Gita Wirawasta, mengatakan pengusaha membuka opsi mengimpor gas dari Timur Tengah. Dia mengaku sempat mendapatkan informasi pasokan gas dari Qatar seharga USD3 per MMBTU.
Setelah ditambah dengan ongkos kirim, regasifikasi, sampai penyaluran ke Indonesia, menurutnya, harganya bisa mencapai USD6 per MMBTU.
Harga gas Eropa TTF (pengiriman Januari 2025) berada dilevel USD 13,4/Mbtu naik dibandingkan pekan sebelumnya USD 12,7/Mbtu. Adapun harga gas AS HH (pengiriman Januari 2025) sebesar USD 3,8/Mbtu naik daripada pekan sebelumnya USD 3,3/Mbtu.