Sehingga, data yang menunjukkan efek vaksin yang bervariasi sebagian besar hanya didasarkan pada pengamatan.
Hasil dari studi dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor, termasuk lokasi, usia populasi yang divaksinasi, serta saat mereka diimunisasi dan waktu antara kedua dosis, kata Dean.
Misalnya, vaksin Pfizer-BioNTech diluncurkan beberapa minggu sebelum Moderna untuk kelompok prioritas - lansia dan petugas kesehatan.
Kekebalan berkurang lebih cepat pada lansia, sehingga penurunan yang diamati pada kelompok yang sebagian besar terdiri dari lansia dapat memberikan kesan yang salah bahwa perlindungan dari vaksin Pfizer-BioNTech turun dengan cepat.
Mengingat peringatan tersebut, Dr Bill Gruber, wakil presiden senior di Pfizer menyebut ia tak yakin ada perbedaan.
"Saya tidak berpikir ada cukup data di luar sana untuk membuat klaim itu," ujarnya.
Tapi sekarang, studi observasional telah memberikan hasil dari sejumlah lokasi - Qatar, Mayo Clinic di Minnesota, beberapa negara bagian lain di AS - dan pada petugas kesehatan, veteran yang dirawat di rumah sakit atau masyarakat umum.
Kemanjuran Moderna melawan penyakit parah dalam studi tersebut berkisar antara 92 persen hingga 100 persen.
Angka Pfizer-BioNTech tertinggal 10 hingga 15 poin persentase.
Kedua vaksin telah berbeda lebih tajam dalam kemanjurannya melawan infeksi.
Perlindungan dari keduanya berkurang seiring waktu, terutama setelah kedatangan varian Delta.
Tetapi nilai vaksin Pfizer-BioNTech turun lebih rendah.
Dalam dua penelitian terbaru, vaksin Moderna 30 poin persentase lebih baik dalam mencegah penyakit parah.
Beberapa penelitian menemukan bahwa tingkat antibodi yang diproduksi oleh vaksin Pfizer-BioNTech adalah sepertiga hingga setengah dari yang diproduksi oleh vaksin Moderna.