Daeng pun menyetujui di tempat karantina seperti Wisma Atlet, mesti dilakukan pengetatan.
Sudah semestinya pasien yang dikarantina tidak boleh menularkan ke petugas.
"Sudah terdeteksi meksipun diberitakan baru datang di lingkungan karantina Wisma Atlet. Langkah cepat dilakukan dengan lebih perketat lagi pintu masuk," ungkapnya pada siaran Radio MNC Trijaya, Sabtu (18/12/2021), dilansir Tribunnews.com.
"Jadi mohon diketatkan lagi agar pasien tidak menularkan ke petugas. Seluruh yang bekerja dilakukan testing dan treacing. Dilanjut kepada keluarga petugas yang dikarantina," kata Daeng menambahkan.
Sehingga, Indonesia dapat mendapatkan gambaran sejauh mana perkembangan varian Omicron ini.
Melakukan lockdown pada Wisma Atlet juga disebut Daeng tindakan yang benar.
"Sebaiknya begitu, tempat karantina harus terpisah dengan dunia luar, dengan masyarakat luar. Jangan sampai karantina itu menular ketempat lain," jelasnya.
Baca juga: 3 Kasus Corona Varian Omicron Terkonfirmasi di Indonesia: 1 Pekerja Wisma Atlet, 2 dari Luar Negeri
Epidemiolog Anggap Lockdown Wisma Atlet Tak Relevan
Sementara, Kepala Bidang Pengembangan Profesi Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) Masdalina Pane menilai pemberlakuan lockdown di Rumah Sakit Darurat (RSD) Wisma Atlet tidak diperlukan.
Penutupan akses keluar masuk RSD Wisma Atlet dilakukan setelah ditemukan satu kasus positif Covid-19 penularan varian B.1.1.529 atau Omicron.
"Lockdown wisma atlet itu tidak relevan. Tidak ada hal penting untuk melakukan lockdown pada wisma atlet," tutur Masdalina dalam webinar mengangkat tema 'Heboh Omicron', Sabtu (18/12/2021), dikutip dari Tribunnews.com.
Masdalina mengungkapkan wisma atlet dibutuhkan bagi pasien-pasien Covid-19 yang akan masuk.
Sementara petugas kebersihan yang dinyatakan positif Omicron sudah diisolasi, sehingga kondisinya sudah cukup aman.
Baca juga: Tambah 2 Kasus Baru Omicron, Kemenkes Minta Masyarakat Tak Pergi ke Luar Negeri
"Penderita Omicron tersebut sudah di containment. Jadi apa relevansinya untuk melakukan lockdown di wisma atlet. Kita biasa saja tidak perlu heboh, sebaliknya kita bersyukur mampu mendeteksi," imbuhnya.