TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) , Komisi V DPR RI meninjau pelabuhan Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Provinsi Jawa Timur, Jumat (30/9/2016) untuk memantau persiapan pelabuhan.
Selain memantau, Komisi V menyoroti permasalahan dwelling time.
"Empat pelabuhan besar Indonesia masih kalah dibanding Malaysia. Kita masih berada di urutan 82," kata Wakil Ketua Komisi V DPR Michael Wattimena.
Hal itu disampaikannya saat memimpin pertemuan antara Komisi V dengan Kepala Kantor Otoritas Pelabuhan Tanjung Perak, Direktur Kepelabuhanan Kementerian Perhubungan, Direktur Operasional Pelabuhan Tanjung Perak, Direksi Pelindo III, Balai Besar Jalan Nasional, Basarnas, hingga BMKG.
Politisi F-PD itu memastikan, pihaknya juga akan meninjau fasilitas, infrastruktur dan SDM kesiapan pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya dalam menghadapi MEA.
Kepala Kantor Otoritas Pelabuhan Utama Tanjung Perak Surabaya, Chandra Irawanmengatakan, di Terminal Petikemas Surabaya, sekarang ada Satgas untuk mengurangi dwelling time.
Chandra juga menambahkan, saat ini untuk dwelling time di Pelabuhan Tanjung PerakSurabaya masih berada di angka 4,9 hari.
"Ditargetkan seminggu ini, dwelling time ada penurunan signifikan," imbuh Chandra.
Kunjungan kerja spesifik ini juga diikuti oleh Anggota Komisi V DPR, diantaranya Sudjadi dan Sadarestuwati dari F-PDI Perjuangan, Gatot Sudjito (F-PG), Nizar Zuhro (F-Gerindra).
Kemudian Bahrum Daido (F-PD), Hanna Gayatri dari F-PAN, Alamuddin Dimyati Rois (F-PKB), Sigit Sosiantomo (F-PKS), dan Syarief Abdullah Alkadrie (F-Nasdem). (Pemberitaan DPR RI)