TRIBUNNEWS.COM — Merdeka yang Hakiki bukan saja merdeka dari kekangan Penjajahan bangsa lain. Tapi Merdeka dalam keseluruhan dalam menjalani kehidupan. Hal ini dikatakan oleh anggota DPR RI Komisi VI, Hj Nevi Zuairina.
Penyampaian pidato Presiden Jokowi pada sidang tahunan MPR hari Jumat (14/8/2020) oleh Legislator asal Sumatera Barat ini dinilai isinya bagus semua.
Pidato yang menjadi ritual bangsa ini untuk merencanakan kehidupan bernegara yang juga sebagai pengingat moment bangsa ini mendeklarasikan kebebasan, kemandirian dan kedaulatan. Tapi semua isi yang baik-baik dalam pidato ketika usai moment kemerdekaan, realisasinya hilang begitu saja.
Baca: HUT RI ke-75, Ketua Komisi III DPR: Momentum Tingkatkan Kinerja Penegak Hukum
Nevi meminta kepada pemerintah, agar semua pidato presiden dalam rangka sidang tahunan di depan seluruh anggota DPR MPR ini mesti mampu diikuti dengan kerja nyata. Rakyat saat ini butuh pelindung sejati dari sosok pemimpin bangsa ini.
Bukan melindungi dari serangan penjajah. Tapi pelindung akan serangan resesi ekonomi, keterpurukan sistem kesehatan, Kesempatan memperoleh pendidikan yang baik merata di seluruh negeri.
"Rakyat Indonesia tidak butuh Bukan buaian kata-kata manis yang membuat terlena. Tapi negeri ini sangat tinggi ketimpangannya baik dari sisi pemerataan berdasar wilayah, maupun dari sisi kualitas hidup orang-per orang. Bukti nyatanya, rakyat miskin bangsa ini sangat besar dari sisi jumlah maupun dari sisi tingkat kehidupannya yang biasa dilihat dari IPMnya (Indeks Pembangunan Masyarakat", tutur Nevi.
Politisi PKS ini mengatakan, begitu banyak pertanyaan dan pekerjaan rumah yang perlu diselesaikan. Sebuah pertanyaan besar yang hingga belum mampu di jawab adalah, begitu subur dan indahnya alam negeri ini, tapi tidak ada kesejahteraan yang manaungi rakyatnya. Impor pangan, energi dan perangkat kesehatan masih sangat marak. Tongkat dilempar jadi tanaman menjadi tidak relevan bukan karena alamnya, tapi karena manusianya yang menginjak buminya.
Nevi melanjutkan, bahwa negeri yang subur, makmur penuh keadilan yang tersirat dari Firman Allah baldatun thayibatun wa robbun ghofur seharusnya tertuju pada Indonesia ini. Kemerdekaan hakiki di seluruh pelosok negeri ini seharusnya tercermin pada kalimat sematan gemah rimpah loh jonawi. Namun telah 75 tahun Indonesia Merdeka, apa yang berubah pada negeri ini hanya merdeka dari tekanan bangsa-bangsa luar.
Baca: Pimpinan DPR: Jadikan Momentum Kemerdekaan untuk Bangkit dan Berkarya
Tapi merdeka untuk melanjutkan dan menjalani kehidupan secara lebih baik merata dengan adil masih jauh dari harapan. Dalam kemakmuran, dalam keadilan seluruh rakyat Indonesia adalah Pekerjaan rumah yang paling besar negara Indonesia.
"Karena negerin ini untuk merdeka telah ditukar dengan ribuan bahkan jutaan nyawa rakyat Indonesia, Maka kemakmuran yang nyata dirasakan di desa terluar wilayah kedaulatan bangsa mesti mampu segera di realisasikan. Mari bergerak, menuju kejayaan, yang dahulu pernah merdeka dari kekangan bangsa luar, maka selanjutnya mari bebaskan bangsa kita dari kekangan tak terlihat yang beloh jadi berasal dari dalam diri bangsa ini," lanjut Nevi.
Terakhir, Nevi berharap agar pemerintah seluruh jajaran mulai dari tingkat pusat hingga daerah untuk memastikan implementasi pidato tersebut pada pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat. (*)