TRIBUNNEWS.COM - Anggota Komisi IV DPR RI Andi Akmal Pasluddin menyoroti tantangan masyarakat Indonesia yang dihadapkan pada persoalan meningkatnya jumlah penduduk disertai dengan meningkatnya alih fungsi lahan pertanian menjadi pemukiman, pengembangan pariwisata, dan industri yang dianggap memiliki potensi sehingga lebih cenderung untuk dikembangkan, terutama di daerah perkotaan.
"Saat ini sudah terjadi selama bertahun-tahun berkurangnya luas lahan pertanian di kota di wilayah-wilayah Indonesia. Kondisi ini telah mengakibatkan kegiatan pertanian juga berkurang yang berdampak pada ketersediaan bahan pangan masyarakat," tutur Akmal dalam berita rilisnya, Senin (13/12/2021).
Ia mengatakan, kegiatan pemerintah sudah mulai mengarah dan menyasar masyarakat kota untuk meningkatkan kontribusi penyediaan pangan berupa program-program yang langsung dapat di aplikasikan.
Dahulu ada Rumah Pangan Lestari yang kemudian dikembangkan menjadi Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Seiring berjalannya waktu dan bergantinya kepemimpinan kementerian, program urban farming ini berubah nama menjadi Pekarangan Pangan Lestari (P2L).
Legislator dapil Sulawesi Selatan II ini menekankan, kebanyakan masyarakat perkotaan dalam mengembangkan komoditas pertanian masih sekedar hobi. Hanya sedikit yang mengembangkan pertanian pangan di perkotaan secara profesional karena peralatan dan perlengkapan yang relatif mahal sehingga membutuhkan modal yang cukup besar di awal sebagai startup usaha.
Akmal menambahkan, masyarakat perkotaan yang cukup konsern terhadap pertanian lebih dominan kaum wanita. Sehingga pemerintah menangkap penyaluran program-programnya kepada kelompok-kelompok petani wanita yang kerap disebut KWT atau Kelompok Wanita Tani.
"Saya berharap, pemerintah dalam mengembangkan pertanian di perkotaan ini di arahkan kepada kegiatan profesional dengan berbagai arahan seperti fasilitator penyuluhan hingga bantuan anggaran untuk memulai usaha. Bukan hal yang mustahil untuk membangun pertanian di tengah perkotaan pada era saat ini. Dengan melibatkan semua pihak salah satunya para wanita yang tergabung dalam kelompok wanita tani akan dapat menyediakan pangan yang sehat dan aman," jelas Akmal.
Politisi kelahiran Bone ini juga mengatakan, pentingnya mengembangkan kawasan pertanian di wilayah perkotaan dengan teknologi pengembangan pertanian pada kawasan sempit akan dapat menjawab persoalan pangan yang sehat, terutama pada kondisi negara yang hingga saat ini masih diterpa pandemi Covid-19.
Perubahan gaya hidup masyarakat yang kerap disebut kehidupan Normal Baru membuat peluang bagi petani di perkotaan sebagai produsen pangan untuk menghadirkan pangan segar asal tumbuhan yang aman secara kuantitatif maupun kualitatif di pusat konsentrasi penduduk.
"Ketika ketersediaan pangan di pusat penduduk, akan memperkecil biaya distribusi. Selain menjamin ketersediaannya, juga akan menstabilkan harga di pasaran. Dengan upaya pemerintah untuk mengarahkan pembangunan pertanian di perkotaan bukan sekedar hobi, maka alokasi kegiatan Kementerian Pertanian mesti juga harus masif dalam menyalurkan program-program untuk masyarakat petani di perkotaan," tutup Andi Akmal Pasluddin.(*)