Laporan Wartawan Tribunnews.com, Muhammad Husain Sanusi Dari Makkah
TRIBUNNEWS.COM, MAKKAH - Sejumlah negara bukan hanya Arab Saudi termasuk Malaysia dan Turki memuji penyelenggaraan haji Indonesia adalah yang terbaik. Selain memiliki jemaah terbesar dunia, layanan haji Indonesia ternyata juga yang terbaik.
Sejumlah rahasia dipaparkan yang menjadi indikator penyelenggaraan haji Indonesia banyak dinilai terbaik oleh negara-negara lain.
“Kita ini yang pertama menjadi concern kita adalah untuk pengelolaan kegiatan dari yang pertama sampai akhir tentu harus ada jadwal. Jadwal inilah yang dijadikan panduan kita untuk seluruh kegiatan pelayanan,” kata Kepala Daerah Kerja Mekkah Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) 2019 Subhan Cholid di Kota Mekkah, Sabtu (24/8/2019).
Ketepatan dan konsistensi terhadap jadwal membuat penyelenggaran ibadah haji Indonesia tergolong rapi.
Oleh karena itu, Subhan menekankan, pentingnya adanya jadwal yang meskipun di tengah jalan terjadi perubahan yang sifatnya kasuistik untuk menyesuaikan situasi di lapangan tetapi ada patokan yang bisa dijadikan pijakan bagi semua stakeholder untuk melakukan kegiatan pelayanan.
Baca: Kota Makkah Mulai Terasa Sepi Setelah Ditinggalkan Ribuan Jemaah Haji Indonesia
Baca: SEDANG BERLANGSUNG Live Streaming Indosiar Bali United vs Arema FC via Vidio Premier, Tonton di HP
Baca: Seabad Muallimin, Ketua KPSN Serahkan Bantuan 100 Bola
“Karena jadwal ini dipedomani tidak hanya oleh kita tapi juga oleh maktab, muassasah, Kementerian Haji dan Umrah Saudi, penyedia layanan, dan sebagainya, semua berpatokan pada jadwal itu,” katanya.
Ia mencontohkan, untuk transportasi misalnya, angkutan kapan harus disiapkan kendaraannya dasarnya adalah jadwal.
“Katering kapan dia harus masak, bungkus, mendistribusikan itu dasarnya adalah jadwal. Kemudian kegiatan bimbingan ibadah kapan mereka akan melakukan pembimbingan itu dasarnya jadwal,” katanya.
Indikator kedua yakni pengorganisasian dalam setiap penyelenggaraan haji termasuk di setiap penerbangan yang terdiri dari kloter, rombongan, dan regu.
Bahkan di Arab Saudi istilah kloter, rombongan, dan regu telah diserap sebagai bahasa yang dikenal oleh seluruh pengelola ibadah haji.
“Jadi kalau kita terjemahkan kloter malah mereka enggak tahu. Kalau kita panjangkan kemudian kita terjemahkan, stakeholder di Arab Saudi malah bingung apa itu. Tapi dengan kloter mereka paham. Di bawah kloter ada rombongan.
Rombongan itu juga sudah diserap menjadi bahasa Arab. Di bawahnya lagi ada regu,” katanya.
Pengorganisasian yang rapi itu juga membuat penyelenggaraan haji Indonesia terkoordinir dengan baik misalnya maktab yang mengelola layanan kepada jamaah haji tidak perlu berkomunikasi dengan 450 anggota jemaah haji.