Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Ada pengalaman berbeda dirasakan jemaah umrah saat pandemi covid-19. waktu ibadah yang singkat hingga ketatnya aturan protokol kesehatan.
Salah seorang jemaah umrah Indonesia, Eko D.Tanoko berbagi cerita tentang perjalanannya umrah di masa spesial ini.
Diawali dengan persiapan yang sangat singkat, pria yang berdomisili di Depok, Jawa Barat ini, harus melakukan tes swab virus corona beberapa jam sebelum keberangkatan.
Baca juga: Evaluasi Penyelenggaran Umrah di Masa Pandemi , Jamaah Karantina Minimal 3 Hari Sebelum Berangkat
Baca juga: Menag: Tak Ada Pernyataan Resmi Soal Penangguhan Visa Jemaah Umrah
Lantaran, hasil tes swab belum keluar, ia harus tertinggal dari rombongan perdana atau 1 November dan berangkat pada kloter dua (8 November lalu).
"Saya dapat kabar terbang itu jadi pagi jam 10.45 besok (Minggu) ya jadilah saya mempersiapkan segala sesuatu hanya dalam tempo satu jam. Sekitar 89 jamaah pertama itu tertinggal," kata dia dalam diskusi virtual, Rabu (18/11/2020).
Hanya 3 Jam Jalankan Umrah
Eko menerangkan, selama 9 hari di Makkah para jamaah menghabiskan waktunya mayoritas di dalam kamar hotel.
Jamaah hanya diberi kesempatan melaksanakan prosesi umrah selama 3 jam.
"Hanya bisa merasakan umrahnya saja, saya dapat 9 hari dan untuk prosesi umrahnya itu 1 hari ya hanya 3 jam di hari Jumat . Di hotel saja tidak sempat sama sekali kemana-mana tapi masih diberikan kesempatan untuk ibadah ke tanah suci di tengah pandemi ini," ungkapnya.
Meski hanya diberikan waktu 3 jam berada di luar hotel, untuk umrah, ia tetap merasa bersyukur, lantaran dapat merasakan suasana Makkah yang sangat sepi dan sejuk.
"Kondisi di sana sepi dan menikmati sekali, waktu itu saya umrah pas waktu malam Maghrib jadi udaranya sejuk sekali," ungkap Eko.
Saat menjalani proses ibadah umrah, semua jamaah diawasi dan dipantau oleh petugas umrah.
Protokol Kesehatan Ketat
Eko yang pergi umrah bersama istrinya ini mengatakan, sejak awal keberangkatan protokol kesehatan telah diterapkan ketat, di mana saat dalam pesawat semua penumpang harus jaga jarak.
"Dan syarat keberangkatan ini pesawat hanya boleh dari Maskapai Saudi Airlines," ujar dia.
Sebelum keberangkatan, ia dan rombongan jamaah umrah lain juga diharuskan mengisi lembaran biodata dan riwayat kesehatan dari otoritas Arab Saudi.
Sesampainya, di Jeddah semua jamaah langsung ke hotel untuk di karantina selama tiga hari.
"Di bandara di sana tidak ada pemeriksaan kesehatan lagi. Kita langsung karantina selama tiga hari, tidak boleh keluar kamar," kata dia.
Eko yang seharusnya berangkat pada April lalu ini mengatakan, selama masa karantina, semua kebutuhan termasuk makanan jamaah disiapkan dengan sangat baik.
Selain itu, selama di Arab Saudi ia dan rombongan menjalani setidaknya dua kali tes swab Covid-19.
Ingatkan Jamaah Jangan Langgar Aturan Arab Saudi
Eko pun mengharapkan bagi jamaah umrah Indonesia yang berkesempatan berangkat agar selalu tertib, jujur, serta taat pada aturan pemerintah Arab Saudi.
Seperti, tidak keluar hotel selama masa karantina dengan alasan apapun.
Jika tidak, maka akan berdampak pada nama baik Indonesia.
"Jangan ada yang sembunyi-sembunyi untuk keluar, kalai sampai ketahuan buruk sekali dampaknya, kita semua kena, ini dampak nyata dan taati peraturan yang sudah disepakati," harap Eko.
Jemaah Positif Covid-19 Saat Berangkat Hasil Swab Negatif
Direktur Bina Umrah dan Haji Khusus Arfi Hatim menyatakan, pemerintah tengah mengkaji kasus positif Covid-19 pada 13 jamaah umrah Indonesia.
Kajian tersebut bertujuan untuk mengevaluasi penyelenggaran umrah jamaah Indonesia termasuk mendeteksi di mana ke-13 jamaah tersebut terinfeksi Covid-19.
Diketahui, sebelum berangkat ke tanah suci, jamaah umrah Indonesia telah di tes PCR swab dan hasilnya negatif, sehingga bisa berangkat umrah.
Arfi melanjutkan, kajian dilakukan dengan kerja sama Kementerian Agama dan Kementerian Kesehatan.
Hal itu disampaikan, Arfi dalam diskusi virtual, Rabu (18/11/2020).
"Ada beberapa kemungkinan, kami juga sudah melakukan koordinasi dengan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dalam hal ini Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan beserta Ditjen P2P. Nanti hasilnya akan disampaikan oleh Kementerian Kesehatan," jelas Arfi.
Arfi mengatakan, syarat jamaah yang dapat umrah ke tanah suci saat pandemi ini diantaranya berusia 18-50 tahun, tidak memiliki penyakit penyerta (komorbid) atau sehat, serta bebas Covid-19 dengan menjalani tes PCR Swab sebelum berangkat.
"13 orang jamaah waktu berangkat hasil tesnya negatif," tuturnya.
Diketahui sebelumnya, pemerintah Arab Saudi, pada 1 November 2020, memberi izin kepada jamaah dari luar negaranya untuk menyelenggarakan umrah.
Indonesia mendapat kehormatan menjadi yang pertama, selain Pakistan. Total ada 359 jamaah umrah asal Indonesia yang terbang ke Arab Saudi dalam tiga fase keberangkatan tanggal 1, 3, dan 8 November 2020 .
Dari 359 jamaah, 13 diantaranya dinyatakan positif Covid-19.
Setelah menjalani karantina yang dipantau ketat otoritas kesehatan Arab Saudi, 10 jamaah telah dinyatakan negatif.
Tiga diantaranya telah tiba di Indonesia pada Selasa kemarin (17/11/2020), sementara tujuh sedang direncanakan kepulangannya.