TRIBUNNEWS.COM, MEKKAH - Tukirin (57) mendongak, menatap teriknya langit Mekkah, Jumat (1/7/2022).
Duduk bersila, ia sabar menunggu azan salat Jumat berkumandang di Masjidil Haram.
Saat itu, cuaca Mekkah Al Mukarommah, atau kota yang dimuliakan, terukur 41 derajat celcius.
Tak ada karpet empuk di bawah Tukirin.
Pun atap peneduh dan mesin pendingin udara di atas pria asal Tlatar, Boyolali itu.
Ia menunggu Salat Jumat di Terminal Syieb Amir, satu dari 3 titik penjemputan jemaah haji di Masjidil Haram.
Tukirin hanya menggelar sajadah tipis, di atas panasnya aspal jalan Syieb Amir.
Baca juga: Suka Duka Rifqan Menjadi Admin WA Center Haji di Jeddah: Bingung Dicurhati Kangen Keluarga
Di depannya, suara bus, yang saling klakson satu sama lain, masih lalu lalang, mengantar jemaah yang hendak meninggalkan masjid terbesar di dunia itu.
Tukirin bukan pemandangan aneh di sana. Ia tak sendiri.
Ada ribuan jemaah bersamanya, hendak salat Jumat di terminal.
Tukirin sejatinya sudah ikhtiar masuk Masjidil Haram sejak pukul 10.00 Waktu Arab Saudi.
Tapi datang dua setengah jam sebelum azan, ternyata belum cukup mengamankan 'tiket' kemuliaan Salat Jumat di Masjidil Haram.
Hari Jumat kemarin memang bukan Jumat biasa di Tanah Haram.
Hari itu menjadi hari Jumat terakhir, kesempatan jemaah haji menunaikan Salat Jumat di Masjidil Haram.