Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aji Bramastra dari Arab Saudi
TRIBUNNEWS.COM, MADINAH - Kurma Ajwa mungkin menjadi buah paling istimewa bagi umat Islam.
Maklum, buah yang satu ini khasiatnya dijanjikan langsung oleh manusia paling diteladani umat Islam dari penjuru dunia, yakni Nabi Muhammad SAW itu sendiri.
Dalam Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim, diriwayatkan hadits dari Sahabat Sa’ad bin Abi Waqqash, Nabi Muhammad SAW pernah bersabda,
Baca juga: Manfaat Konsumsi Kurma: Tingkatkan Kesehatan Jantung hingga Bantu Pencernaan
“Barangsiapa mengkonsumsi tujuh butir kurma Ajwah pada pagi hari, maka pada hari itu ia tidak akan terkena racun maupun sihir,”.
Dikisahkan, Nabi Muhammad memang begitu menggemari kurma yang pertama kali ditanam di wilayah Aliyah, sekitaran Masjid Quba, Madinah itu.
Rasul bahkan menanam pohon kurma jenis ini.
Saking istimewanya, dalam hadits lain, Rasul mengatakan, kurma Ajwa merupakan buah dari surga.
“Kurma ajwa itu berasal dari surga, ia adalah obat dari racun.” HR Ibnu Majah dari Sahabat Jabir bin Abdillah dan Abi Sa’id, dan At-Tirmidzi dari Abu Hurairah.
Berbagai manfaat kurma Ajwa mudah ditemukan dalam banyak literasi.
Tak hanya penangkal racun, tapi juga diyakini nutrisi terbaik untuk ibu hamil dan menyusui.
Baca juga: 10 Manfaat Konsumsi Kurma Setiap Hari: Mencukupi Kebutuhan Gizi dan Kalori
Bahkan, penderita diabetes yang dikenal pantang memakan manis pun, direkomendasikan makan kurma Ajwa pada pagi hari, meski tak boleh banyak-banyak.
Kurma Ajwa punya karakter nan unik.
Fisiknya justru tak menggugah selera.
Bila kurma lain biasanya cokelat mengkilap, Ajwa punya fisik hitam mengkerut.
Tapi begitu mencicipinya, anda akan tahu Ajwa beda dari kurma lain.
Rasa Ajwa justru tak semanis kurma umumnya.
Manis Ajwa pas di lidah, tak kemanisan, sehingga orang yang tak suka kurma karena terlalu manis, bakal suka dengan Ajwa.
Baca juga: 5 Jenis Kurma Termahal di Dunia: Barhi, Medjool, Sukkari, Ajwa, dan Amber
Lebih istimewa lagi, karena eksklusivitas kurma Ajwa itu sendiri.
Konon, kurma jenis ini tak bisa ditanam di luar Madinah.
Benarkah demikian?
Wartawan Tribunnews.com berkesempatan mengunjungi salah satu perkebunan kurma Ajwa terbesar di Madinah, yakni Castle
Farm, dan bertemu dengan sang CEO, Raed M Al Rehili.
Raed mengatakan, banyak orang yang sudah berusaha menanam kurma Ajwa di luar Madinah.
"Tapi MasyaAllah, anda boleh percaya atau tidak, hasilnya tak akan pernah bisa sama dengan Ajwa yang ditanam di Madinah.
Entah itu rasanya, testurnya, sampai warnanya, Ajwa yang ditanam di luar Madinah tak pernah bisa sempurna," kata Raed, ditemui Tribunnews.com, Sabtu (23/7/2022).
Mahal karena Prosesnya
Kurma Ajwa merupakan salah satu jenis kurma mahal alias kurma premium, meski bukan yang termahal di pasaran kurma.
Di Indonesia misalnya, kurma Ajwa masih kalah mahal dari kurma Medjoul Super, kurma yang punya ciri khas fisik besar, dan seringkali diimpor dari California, Amerika Serikat.
Meski lebih mahal, tapi popularitas kurma Medjoul tak pernah bisa mengalahkan Ajwa.
Maklum, Medjoul yang harganya tembus Rp 250 ribu per kilogram itu, tak pernah secara khusus direkomendasikan langsung oleh Baginda Nabi Muhammad lewat hadits. Itulah mengapa kurma Ajwa, atau yang juga sering diistilahkan dengan Kurma Nabi, lebih populer.
Ajwa sendiri dihargai mahal bukan semata-mata karena ia berstatus sebagai kurma kegemaran Nabi Muhammad SAW, tapi lebih karena prosesnya yang memang rumit.
CEO Castle Farm Madinah, Raed mengatakan, dalam satu tahun, satu pohon kurma Ajwa hanya bisa dipanen satu kali saja.
Penanam kurma Ajwa hanya punya kesempatan dua bulan saja dalam satu tahun, sebagai penentu apakah pohonnya akan berbuah atau tidak.
Pohon akan mulai berbuah selalu saban Juli hingga awal September.
Pada fase ini, Madinah sedang panas-panasnya, sehingga inilah yang diyakini merangsang pohon untuk berbuah maksimal.
Pohon kurma Ajwa yang unik karena cebol alias tak bisa tinggi seperti pohon kurma umumnya itu, juga punya musuh berupa hama.
Perawatannya pun harus intens, agar mendapat buah terbaik.
Saat mulai berbuah di bulan Juli, buah harus ditutup semacam karung.
"Anda lihat mengapa ada yang ditutup karung, itu untuk melindungi buah dari panas. Kalau terpapar panas langsung, buah nanti warnanya akan kemerahan," kata Raed, saat menemani Tribunnews berjalan menyusuri sebagian wilayah perkebunan yang total luasnya mencapai 2 juta meter persegi itu.
Kurma Ajwa yang warnanya merah itu sebetulnya tetap manis rasanya.
Tapi, kata Raed, kurma Ajwa sudah terlanjur identik dengan warnanya yang hitam pekat.
"Orang akan berpikir kalau yang merah itu cacat produksi, sehingga nanti akan mempengaruhi harga," ujar Raed.
Di Castle Farm, beberapa kurmanya merupakan kurma organik, sehingga harga jual lebih mahal.
Kurma organik adalah kurma yang pohonnya tidak diberi zat kimia apapun, selama 3 tahun pertama.
Jangan Dicuci
Buah Kurma yang dipetik dari pohon, kata Raed, tidak dicuci dengan air.
"Air justru bisa meresap, sehingga menyebabkan rasa dan kandungan kurma itu rusak," kata Raed.
Di Castle Farm, kurma yang akan dijual tetap dicuci, tapi dengan metode dry cleaning, yakni dibersihkan dengan dilap saja, tidak dengan air.
Setelah itu, kurma akan mengalami proses fumigasi.
Lewat mesin, kurma akan diproses sehingga bebas dari hama atau kutu.
Barulah setelah itu, kurma dipacking ke dalam kemasan, hingga dipasarkan ke luar negeri, termasuk Indonesia.
Perkebunan kurma Castle Farm, yang sudah berdiri sejak 1970 ini, mengekspor sekitar 1.400 ton kurma Ajwa per tahun.
Negara mana yang paling banyak meminta kurma Ajwa?
"Negara anda (Indonesia) adalah tujuan ekspor terbesar. Sebanyak 600 ton setiap tahunnya diekspor ke Indonesia," kata Raed. (*)