Kala itu, dia masih pegawai kantor urusan agama, dan dipercaya pihak Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) Al Hilal Lubuk Pakam.
"Saya awalnya pembimbing, beritahu jamaah manasik dan pengalaman haji."
Devut haji awal dekade millenium 2000 itu, ternyata membawa berkah.
Jamaah terbantu, pengelola KBIH puas.
Sejak itu, Nihaya jadi pembimbing langganan, hingga saat ini.
KBIH Al Hilal Lubuk Pakam dipimpin dipimpin H Mujahiddudin, Sekretaris Hj Siti Aminah Nasution dan Nihaya Rawi, sebagai pembimbing.
"Saya hanya frei (tak berangkat) saat pendemi dan tahun 2022 karena batas usia 65 dilarang masuk Haramain."
Baca juga: Tujuh Kloter Haji Indonesia Diprediksi Disambut Hujan Selamat Datang di Madinah
Di musim haji tahun ini, Nihaya membimbing 90 jamaah dari Deli Serdang dan Lubuk Pakam.
Lantas dari mana Nihaya mengumpulkan ongkos haji?
"Saat daftar di KBIH Tiap jamaah sudah komitmen beri biaya tambahan untuk manasik dan bimbingan. Itulah yang saya kumpul untuk setoran awal dan pelunasan."
Tak dapat dispensasi, saat pendaftaran sebagai pembimbing ibadah dia juga ikut setoran.
Nihaya meyakini, dia naik haji bukan karena uang setoran belaka.
Selain niat, doa dia juga punya amalan khas.
Tiap Haji Wada' (ibadah terakhir sebelum kembali ke Tanah Air), dia selalu memanjatkan doa di depan Baitullah, Kabbah.
"Allahumma ya Allah, aku balik sebentat saja. Aku mau ajak kawan-kawanku, balik ke sini. Lagi. Ya, Allah sampaikan aku kemari ya Allah."
Dan doa spesifik itu maqbul dan senantiasa diijabah Sang Pemilik Ka'bah.
Baginya, berhaji adalah undangan dan panggilan Allah SWT.
Apa doa saja?
"Tidak. Saya kalau pamitan saat haji Wada', tak pernah membelakangi Kabah."
Apakah itu berarti Pak Nihaya jalan mundur?
Pertanyaan Tribun itu hanya dijawab dengan anggukan dan senyum merekah. (thamzil thahir)